Jumat, 20 April 2012

OSN dan Perjalanan Pulang

Melanjutkan yang kemarin, sekarang aku mau cerita tentang hari kedua kami di Alpus. OSN.

Jadi gini, kami yang UKA kan lombanya hari Jumat. Nah, hari Sabtu, giliran teman-teman OSN yang lomba di Alpus. OSN-nya terdiri dari Matematika, Fisika, Biologi, dan IPS. Matematika ngirim 7 orang—Fia, Lulu, Kirana, Naufal Afif, Ainun, Miko, sama... ah, aku lupa. Biologi ngirim 3: Hida, Aji, Arif. Fisika juga 3 orang: Adel, Sheila, Nabila. IPS 3 orang, Yumna, Nadia, Fira. Yap, yang OSN lebih banyak daripada yang UKA.

Sabtu, 7 April 2012.

Pagi itu, aku sudah jalan-jalan ke setiap kamar buat sekedar ngucapin “Good luck, ya!” atau “Sukses, ya!”. Sejak malam sebelumnya, mereka sudah dikarantina—dikelompok-kelompokkan berdasarkan mata pelajaran mereka dan nggak boleh melakukan kegiatan apapun selain belajar. Dasar, pas isengnya lagi kumat, aku dan anak-anak UKA (well, cuma Ave sih sebenernya) pengen banget gangguin anak-anak OSN. Tapi melihat wajah stres mereka... em, nggak jadi deh. Akhirnya, aku dan anak-anak Bahasa Inggris malah bikin semacam manajemen foto dan bikin photoshoot. Tentang photoshoot ini, bakal aku ceritain di postingan selanjutnya.

Oke, balik ke Sabtu pagi. Semua anak OSN, waktu aku samperin ke kamar mereka, semua menampilkan ekspresi yang sama. Stres, nervous, takut. Tapi begitu sarapan... walah. Rata-rata kembali ke mode awal: banci kamera. -__-

Setelah sarapan, aku dan yang lain keluar penginapan buat mengantarkan anak-anak OSN. Nggak nganterin ke Alpus sih, cuma nganterin sampai halaman depan penginapan aja. Dan Hafidh malah foto-foto di luar.

Mereka pun berangkat. May luckiness be ever in their favor. Aku dan anak-anak UKA balik ke lantai 3. Aku dan keempat temanku malah ngelanjutin photoshoot. Habis itu, aku mandi, packing (yup, malam itu kami bakal balik ke Semarang), dan kumpul di kamarnya Ayu. Biasa sih, main-main doang. Aku, Hafidh, dan Ayu saling berusaha ngalahin high score di Angry Birds Space di hapenya Ayu.

Setelah Zuhur, kami nyusul ke Alpus. Awalnya kami naik ke lantai 6, terus turun ke lantai 5, dan akhirnya naik lagi ke lantai 8—pakai tangga. Aduh, rempong abis. Haha.

Wuah, di lantai 8 rame beneeer. Panas! Aku ketemu Nadia. Katanya Yumna dan Fira masuk final IPS. Alhamdulillah! Hida... waktu ketemu kami, dia langsung jumpalitan, “Aku masuk final!” Yap, anak OSN Biologi dari 14, ketiganya maju ke final. Kerennya lagi, ranking mereka berurutan: Aji ranking 2, Hida 3, Arif 4. Congratulations! Sedangkan Matematika, dari 7 orang, hanya 1 yang tembus final: Fia. Adik kelasku yang suuuupeeeerrr jenius itu. Fisika juga cuma satu yang masuk final, Adel. Itu pun mepet banget, ranking 10. Tapi tetap deh, alhamdulillah. Aku sempat lihat soal babak penyisihan Matematika, dan lihat sedikit saja udah bikin aku berpikir, “What the hell is this?!” HAHA.

Aku turun ke bazaar, haus. Pengennya sih beli Hop Hop lagi—tapi antrenya penuh, gila. Ya sudah, aku beli strawberry lemonade. Minuman ini mendadak bikin aku inget salah satu episode Happy Tree Friends, judulnya Eyes Cold Lemonade. Nggak ngerti? Go google it. Errrgghhhkk.

Terus aku masuk lagi ke kompleks sekolahnya, dan kumpul sama kontingen 14 di depan gedung SMP 1. Aku, Ave, Sela, dan Hafidh masuk ke dalam dan photoshoot kecil-kecilan di tangganya. Habis itu kami keluar lagi dan foto-foto biasa. Oh ya, hari itu kontingen SD 14 juga ke Alpus, lomba juga. Aku cuma ketemu beberapa guru, huhu. Setahuku kalau SD itu biasanya kumpul di aula dekat SMP, jadilah kami ke sana. Ternyata nggak ada. Ya sudah.

Rombongan 14 kembali ke bus sambil menunggu teman-teman yang lagi berlomba di final. Kameraku dipinjem sama para banci kamera. Biasaa, cuma buat foto narsis doang. Dasar -___- aku nelangsa banget di bis, desperate waktu lihat pemandangan bagus, pengen motret, dan kemudian aku baru sadar kalau kameraku lagi dipakai. Bah.

Setelah mereka yang masuk final sudah kembali ke bus, kami pun berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta—pulang. Aku menengok ke belakang, melihat bayangan gedung tinggi Al-Azhar Pusat sebelum akhirnya hilang di balik gedung-gedung lain. Ah, ini... mungkin terakhir kalinya aku ke sana. I’ll miss ya!

Di jalan. Aku cuma bisa bengong sambil mengamati kehidupan sore di Jakarta. Lalu karena bosan, aku menelepon rumah. Eaaa, kangen nih ceritanya? :p Nggak sih, mumpung lagi banyak pulsa aja, haha. Aku menelepon adikku yang super resek, Nayya.

Mitha: “Assalamu’alaikum!”
Nayya: “Wa’alaikum salam. Ini siapa?”
Mitha: “Lha ini siapa?”
Nayya: “Emm... pacarnya Greyson Chance!”
Mitha: “Bener pacarnya Greyson? Bukan si *piiip*? Atau *piiip*?”
Nayya: “Bukaaaan! Ini Kak Mitha toh? Kamu lagi di mana?”
Mitha: “Lagi di jalan, mau ke bandara. Mau pulang!”
Nayya: “Mama mana?”
Mitha: “Tuh, di depan. Kenapa? Aku nggak mau nek kamu nyuruh aku manggil Mama...”
Nayya: “Halah! Eh, kamu udah beli oleh-oleh belom?”
Mitha: “Jiaaah, nggak sempet! Ntar aja deh, Mei!”
Nayya: “Halaaaah!”

Tuh kan, resek. Adiknya Mitha mah, mana ada yang bener. Haha. Stupid call.

Terus, aku nelpon Aiz. Haha, ini mah di-skip aja. Maaf ya Iz ._.

Kami sampai bandara mepet-mepet Maghrib. Beberapa dari kami masukin barang ke bagasi. Sambil nunggu tiketnya diambil, kami foto-foto. Banci kamera mode: on.

Kontingen 14!

Tiketnya sudah dataaaang! Aku duduk di baris... bentar. 19D kalau nggak salah. Bareng Kirana sama Hafidh. Yay! Kami masuk ke boarding lounge, nunggu keberangkatan. Entah kenapa, penerbangannya dipercepat—harusnya jam 19:50, malah jadi jam 18:50. Aku dan Fia ke mushola dulu, terus shalat dan makan. Makannya KFC. Udah gitu, kan kami dapet garam dan merica sachet di tiap box. Sama Mama Ani disuruh ngumpulin. Eh, ternyata dibawa pulang sama Mama. Demiiii....

Habis makan, tiba-tiba ada pengumuman kalau pesawat kami akan segera berangkat. Aku dan semuanya langsung beberes dan lari ke gate 6. Aaaah, akhirnya sampai juga di pesawat. FYI, kami naik pesawat Lion Air.

Aku, Kirana, dan Hafidh sudah menemukan seat kami dan duduk dengan enaknya, ketika aku baru sadar kalau kami duduk tepat di emergency door. Haduh, padahal menurut peraturannya kan, anak di bawah umur nggak boleh duduk di sini! Jadi gimana, dong?

Waktu itu mas-mas pramugaranya nanya umur kami berapa. “Empat belas,” kata Hafidh.

“Oh, nanti duduknya kami pindah ya. Soalnya nggak boleh duduk di sini,” kata pramugaranya. Halah.

Bentar, aku jadi mikir. Tempat duduk di pesawat itu dipilih atau bisa milih sendiri, sih? Ada dua kemungkinan. Kalau dipilih... hm, bukannya kalau booking tiket itu biasanya ditanya umurnya, ya? Soalnya kalau aku lihat di tiketnya, di nama kita selalu dikasih embel-embel Mr./Mrs./Ms./Chd, kan? Kalau gitu kan sononya harusnya tahu kita mesti duduk di mana. Misalnya gini. Kamu Miss atau Child. Mana mungkin petugasnya nempatin kamu di emergency door. Ya nggak sih?

Dan kalau bisa milih sendiri... well, no offense. Yang beliin itu ayahnya Ayu. Dan waktu kami lihat tiketnya, semuaaaaaanyaaaaa ditulis Mr. Nggak ada Mrs, Ms, apalagi Chd. Semua temanku protes—bahkan mamaku juga. Ayu cuma bisa bilang dengan pasrah, “Abahku nggak peduli.” Aduh. Maaf ya Yu. Tapi... ini kan pesawat, safety penting banget. Tapi nggak apa-apa deh.

Aku, Kirana, dan Hafidh akhirnya pindah. Kirana duduk bareng Adel dan Sela, Hafidh entah sama siapa, sedangkan aku duduk bareng... Ainun dan Bu Widji. Errr. Something. Oh, dan para banci kamera lagi-lagi pinjem kameraku cuma buat foto narsis. Jiah.

Singkat cerita, kami take-off. Dan aku sempat denger ada anak yang ngomong di dalam pesawat, “Selamat tinggal, Jakarta!” Aku dan Ainun mah ketawa aja.

Di pesawat, seingetku aku sempat ketiduran. Tapi tidurnya ya tidur-tidur ayam gitu. Setengah sadar. Baru merem bentar, melek. Merem, melek. Gitu seterusnya. Aku pun kadang-kadang ngobrol sama Ainun. Mau nggak mau, harus aku akui Ainun tuh kadang asyik diajak ngobrol.

Nah, bagian paling ngekek. Aku lagi berusaha tidur, dan tiba-tiba... Bu Widji bangunin aku. Coba tebak Bu Widji bilang apa?

“Mit, tolong fotoin dong.”

Dan aku cuma bisa pasang tampang poker face, padahal setengah mati nahan ketawa. Iya deh, manut. Aku ngambil kamera Bu Widji dan motret beliau.

Bu Widji: “Udah belum Mit?”
Mitha: “Belum bu...” (matiin flash)
Bu Widji: (beberapa detik kemudian) “Udah Mit?”
Mitha: “Belum bu, bentaaaar...” (cekrek) “Nah, udah bu.”
Bu Widji: “Makasih ya Mit...”

HAHAHAHA. Masih pengen ketawa kalau inget. 

Alhamdulillah, akhirnya kami mendarat di Semarang dengan aman. Still safe and sound! Haha.

Yah, itu sekilas tentang pengalamanku di Jakarta. Semoga bermanfaat buat aku dan semua temanku ke depannya, amin.

Next post sneak peek: Red Orchid Photo Management! Coming soon~ :*

-K

P.S.: I wonder who will join the English Debate Competition next year.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar