Sabtu, 14 April 2012

April 10th, 2012 (part 2)

Jadi... ini lanjutan yang kemarin.

Habis pengumuman lomba, karena bosan dan bingung mau ngapain--lagipula kalau kami balik ke sekolah juga bakalan kayak anak ilang--jadi Mr. Atok ngajakin jalan-jalan. Aku dan Hafidh sih mau-mau aja. Tapi Ave nggak, dia pengen pulang. Kangen kasur katanya, hihi. Sebenernya aku juga, sih. Tapi karena aku males banget balik ke rumah, ya sudah deh, ikut aja.

Berhubung Mr. Ag--wali kelasku yang sudah berevolusi dari manusia super menyebalkan menjadi wali kelas 8 paling kece--nyuruh kami field trip (baca: jalan-jalan) sendiri, aku terima deh. Iseng-iseng aku bilang pengen nonton, dan... beneran Mr Atok dan Hafidh pengen nonton. Bwahahaha. Malahan Mr Atok nyuruh Hafidh browsing jadwal bioskop di... XXI Paragon. Uoooh, kece!


Aku dan Hafidh sepakat nonton The Raid. Sebenarnya udah lama pengen nonton ini, cuma bener-bener nggak ada orang yang bisa diajak nonton. Mana mungkin aku ngajak kedua adikku yang mentel (genit) dan nggak kuat mental itu. Sama teman-teman, nggak mungkin. Mereka udah nonton sampai berkali-kali. Nah, mumpung ada kesempatan, kenapa nggak diambil? The same thing won't happen twice. Aku juga penasaran, sebenarnya apa sih yang membuat The Raid dipuja setinggi langit? Hehe.

Akhirnya kami keluar dari SMP 21 dan naik mobil sekolah (ya, mobil sekolah) ke Paragon. Gila nggak tuh, hahaha. Ave turun di depan Patung Kuda dan pulang ke rumahnya naik angkot, sekali doang. Aku kalau mau pulang ke rumah juga bisa sebenarnya, tinggal lurus dan berhenti di depan gang rumahku. Tapi ya itu. Aku malas to the max. 

Jam 1 siang, kami sampai di Paragon. Asyik, Paragon sepi! Hehe. Ini nih yang bikin aku seneng ngacir ke bioskop kalau lagi libur di waktu yang nggak lazim. Ngantrinya sepi. Mau ke mana aja juga free. Hanya saja, aku dan Hafidh pakai seragam. Kayak anak bolos dari sekolah, hoho. Eh, nggak ding. Kan jam pulang sekolah ._.

Kami naik ke lantai 3 dan masuk ke XXI, terus beli tiket. Duduk di seat C, tengah-tengah pula. Biarin deh. Terus Mr Atok naik ke lantai atas dan ninggalin uang 50 ribu buat beli makanan. Ngomong-ngomong, yang beli tiketnya aku dan Hafidh, patungan.

Aku dan Hafidh beli salt popcorn dan soft drink. Aku bantuin bawa minumnya. Oh ya, waktu itu Hafidh sok-sokan mau bawa tiga sekaligus--secara dia juga sambil bawa 1 kresek isi 4 bungkus popcorn, dan... satu gelas tumpah, di counter pula. Aku cuma bisa facepalm sambil bantuin Hafidh bawa minum dan ambil sedotan. Untung mbak sama mas-mas penjaga counter-nya baik, minumnya diganti. Yay!

Kami berdua naik ke lantai 2, dan duduk-duduk bareng Mr. Atok, sambil keliling lantai 2 liat poster-poster film yang masih coming soon di Semarang. Dan harus aku akui, film di Semarang tergolong telat--sangat telat. Di mana The Lorax udah main dari zaman kapan itu di Solo, di Semarang belum main juga. Jiah.

Waktu pintu teater 1 dibuka (ceileeeeh bahasanya :p), kami termasuk yang pertama masuk. Setelah nyari seatnya, dan duduk, ya Allah, nikmat banget. Dan layarnya persis di depanku. Hmm, sesuatu banget. Biasanya kalau nonton film di bioskop, aku selalu duduk di seat pinggiran dan atas. Menit-menit pertama, cuma ada tulisan Welcome to Cinema XXI diiringi musik latar yang macem-macem. Mana tulisannya ditampilin berulang-ulang pula, bikin bosan. Itu belum ditambah iklan yang terkadang gaje gitu.

And the movie start! 


Hafidh: Mith, Mr Atok kan suka Mr Bean...
Mitha: Ya terus?
Hafidh: Itu lho, pas Mr Bean di bioskop terus popcornnya dihambur-hamburin kemana-mana, sampe dimasukin ke hidung sama telinganya--
Mitha: Uh, jijik banget.
Hafidh: --nah, kita nanti kayak gitu yuk.
Mitha: Kamu berani emangnya?
Hafidh: Nggak.


(oke, satu lagi stupid conversation... -____-")

Jadi... The Raid. Sekeren apakah film ini?

Sepanjang aku nonton film ini, Mr Atok--yang duduk di sebelahku--berkali-kali kelihatan nggak kuat liat adegan yang bloody. Yeah, aku juga sih. Tapi aku sok-sokan kuat aja, hihi. Aku kan udah sering nonton film bloody gitu. Hafidh juga keliatan tegang banget. Berkali-kali dia bilang "Aaaaah" dan semacamnya.

Di tengah-tengah film, tiba-tiba Mr Atok ke toilet. Aku sama Hafidh ketawa-ketawa aja sambil ngangguk gitu. Dan... ditunggu lamaaaaa sekali, kok Mr Atok nggak balik-balik? Jangan-jangan Mr Atok... takut terus nggak berani balik ke sini lagi. Hahaha, stupid thinking. Nggak ah, paling Mr Atok udah masuk terus duduk di kursi kosong entah di mana. Bioskopnya kan lumayan sepi tuh. Entahlah ._. Pas filmnya selesai, beliau malah baru balik ke kursinya--di sebelahku. Terus kami pulang, deh, ahaha. Tapi tetap, big thanks buat Ave, Hafidh, dan Mr Atok. Setidaknya mereka ngingetin aku kalau aku masih punya teman! :')

Sekarang... aku mau sedikit ngulas tentang The Raid. Seperti pertanyaanku tadi, sekeren apakah film ini?

Sebenarnya, jujur, aku kurang begitu sreg dengan film ini. But it's not bad, at all. Yang aku suka dari The Raid adalah, mereka total. Aktingnya, efeknya, wuah, keren abis! Apalagi efek berdarah-darahnya itu, nyata banget. Sampai pas adegan salah satu anggota polisi mau bunuh diri itu, aku ga boleh liat sama Hafidh. Katanya, aku masih kecil. Jiah, I'm at the same age with him. Oke, lanjut. Kalau dari jalan cerita, sebenarnya biasa aja, sih. Cuma ya, itu tadi. Setting, efek, dan aksinya bagus banget. Saranku, kalau mau nonton film ini, apalagi buat cewek, mending siapin iman dan mental dulu, deh. Soalnya, sepanjang film banyak banget kata-kata kasar yang kudu disensor. Adegan berdarahnya juga. Kalau kalian nggak kuat sama yang begituan, mending nggak usah nonton. Film Indonesia yang bermutu nggak cuma The Raid, ya kan?

Salam hangat!

-Mitha <3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar