Disclaimer: Kalau anda pikir Hetalia punya J.K. Rowling, berarti anda bego. Karena Hetalia punya om-om gaje bernama Hidekaz Himaruya yang nggak becus nggarap karakter Indonesia. Makanya saya males (baca: GAK SUDI) pakai karakter Indonesia-nya Hidekaz di sini. :D
Summary: Indonesia pikir, pertemuannya dengan Malaysia cukuplah hanya di babak penyisihan grup Piala AFF. Tapi, rupanya takdir berkata lain: mereka bertemu lagi di babak final, sebuah penentuan. OC Fem!Indo dan Male!Malaysia.
A/N: Garuda di dadaku! Yosh, kawan-kawan, sepakbola Indonesia sedang bangkit, nih! Dan saya—Rara—berjanji pada diri sendiri untuk membuat fanfic tentang Piala AFF (sebenarnya sih tentang pertemuan Indonesia dan Malaysia di final nanti) kalau Indonesia lolos ke final! Eh, gak taunya beneran! Ya udah deh, karena janji harus ditepati, maka jadilah fic ini! Selamat menikmati!
Catatan: Di sini, OC yang perempuan itu Indonesia, Laos, dan Philippines. Yang cowok itu Malaysia dan Singapore (walaupun Singapore kurang eksis di sini *ditendang Singapore*). Sekedar informasi bagi yang belum tau (kayaknya semuanya udah pada tau deh :D), Thailand dan Vietnam udah ada di Hetalia meskipun baru berupa gambar. Dan, oh ya, di sini kami menggambarkan Malaysia sebagai karakter tsundere. Yah, kayak motherland-nya gitu deh! Anda tahu siapa, kan? :D
###
#Chapter 1: Indonesia dan Piala AFF 2010#
Indonesia menggigit bibirnya dengan kalut ketika gawangnya kebobolan satu gol sewaktu pertandingan antara dirinya melawan adiknya—Malaysia, pemuda yang lumayan tampan itu. Di babak penyisihan Piala AFF. Tidak! Ia tidak boleh kalah!
Indonesia melirik ke kanan. Malaysia bersorak girang. Lalu, Indonesia menatap ke samping kiri. Itu dia, pelatih timnasnya, Alfred Riedl, yang tampak tenang dan dingin. Ia yakin akan kemampuan pria itu, sehingga mengangkatnya sebagai pelatih timnas. Apalagi ia pernah melatih timnas Austria. Tangan dinginnya sama sekali tak bisa diragukan.
Ah.
Keadaan mulai berbalik, sepertinya.
Indonesia terperangah ketika salah satu pemain Malaysia tak sengaja membuat gol bunuh diri ke gawangnya. Ia melirik Malaysia. Ekspresi di wajah adiknya sangat garang; ia sama kagetnya seperti Indonesia. Wajahnya masam.
Tim Indonesia menggetarkan jala Malaysia sebanyak empat kali. Cukup untuk membuat Indonesia tersenyum. Rupanya, usahanya menaturalisasi dua pemain timnas—Irfan Bachdim dan Christian Gonzales—tak sia-sia. (A/N: Beberapa hari setelah pertandingan semifinal, PSSI menyatakan kalau Irfan Bachdim tidak dinaturalisasi. Ini beneran, saya liat di berita baris di tvOne.)
Apalagi ketika peluit panjang berbunyi, tanda pertandingan telah selesai. Para pemainnya berpelukan; merayakan kemenangan. Skor 5-1 untuk Indonesia.
Sambil bersorak, Indonesia mencari-cari keberadaan Malaysia.
Itu dia. Tersenyum masam sambil memandangnya sinis. Tampaknya ia dendam sekali. Tapi tak apa, Indonesia sudah biasa berhadapan dengan sikap jutek adiknya itu.
Saat berjabat tangan dengan Indonesia, mata hitam Malaysia memandang tajam mata Indonesia.
”Aku akan membalasmu, Indon,” katanya dingin.
”Siapa takut, Malon,” tantang gadis itu.
###
Dalam hati, Indonesia merasa bersalah telah membuat Laos—gadis kecil itu—terpukul, tapi tak apa. Toh, mungkin memang belum saatnya Laos berjaya.
Timnya memukul telak Laos dengan skor 6-0 tanpa balas. Mungkin sesampainya di rumah, Laos bakal menangis dan ngadu kepada kedua ‘orangtua’nya: Thailand dan Vietnam. Kedua ‘orangtua’nya juga turut bermain di Piala AFF. Thailand satu grup dengan Indonesia, sedangkan Vietnam berada di grup B.
Ia menghampiri Laos yang duduk dengan wajah tertunduk dan mata berkaca-kaca usai pertandingan. Ia tersenyum sambil mengelus rambut Laos.
“Laos,” kata Indonesia lembut. Laos mengangkat wajahnya.
“Kak Indon…?” kata Laos. “Tim kakak bermain hebat sekali, buktinya timku saja kalah…”
“Ah, haha,” tawa Indonesia ringan, “tapi, maafkan aku, ya, Laos. Apa itu membuatmu terpukul?”
Laos tertawa—tapi tawanya seperti dipaksakan.
”Hahaha,” tawanya, ”tentu saja nggak, Kak Indon. Timku kan nggak selevel sama timnya Kak Indon. Kakak nggak perlu minta maaf. Oh, kakak juga pasti bisa memenangkan kejuaraan ini. Aku mendukungmu, kak.”
Indonesia tertawa pelan sambil memeluk gadis kecil itu.
“Terima kasih, ya, Laos,” katanya ceria. ”Kudoakan kamu menang melawan Malaysia nanti.”
”Semoga sukses, ya, kak,” jawab Laos.
Indonesia tersenyum sambil mengacak rambut Laos.
###
Ah.
Sepertinya ini merupakan ujian bagi Indonesia dan timnasnya.
Pasalnya, mereka akan berhadapan dengan Thailand; musuh bebuyutannya di dunia sepakbola Asia Tenggara. Sudah berkali-kali harapannya untuk menjadi juara kandas di tangan Thailand. Kali ini, ia harus menang!
Gadis berambut panjang itu nyaris menggigit jarinya sampai putus ketika Markus Horison lagi-lagi kebobolan satu gol. Namun ia tetap yakin, ia pasti menang. Entah mengapa, ia yakin timnya pasti memenangkan pertandingan.
Thailand terlihat pucat dan kacamatanya sedikit melorot ketika timnas Indonesia dihadiahi penalti oleh wasit karena pemainnya melakukan pelanggaran di kotak terlarang. Setelah beberapa menit sebelumnya Indonesia melakukan pergantian pemain.
Bambang Pamungkas menjadi algojo penalti kali ini. Indonesia menatapnya penuh harap. Bisakah...?
GOL! Gegap-gempita para suporter Indonesia bergemuruh di stadion. Indonesia melonjak girang. Kedudukan 1-1 bagi Indonesia dan Thailand. Ah, untung benar. Bambang Pamungkas menjadi pahlawan! Padahal sebelumnya ia hanyalah seorang pemain cadangan.
Indonesia berharap timnya bisa memasukkan satu gol lagi. Walaupun posisi Indonesia untuk lolos ke semifinal sudah terjamin, rasanya kurang puas kalau tidak mengalahkan Thailand! Di grup A Piala AFF, Indonesia mengemas 6 poin, yang membuatnya menduduki puncak klasemen. Kalau ia menang, itu artinya ia akan menambah 3 poin lagi dan ia maju ke semifinal dengan ’sapu bersih’. Ia memenangkan semua partai di grup A.
Ayolah, batin Indonesia cemas sambil meremas kedua tangannya dengan kacau, ayolah… masukkan satu gol lagi…
Harapan Indonesia terkabul. Wasit kembali memberikan penalti untuk Indonesia. Indonesia melonjak kegirangan. Ia yakin, Bambang Pamungkas—yang kembali menjadi algojo penalti—pasti bisa menjebol gawang Thailand.
YES!
Indonesia melonjak sambil berteriak senang, kemudian melonjak-lonjak kegirangan di tempat. Agak norak, memang. Tapi yang namanya kesenangan memang tidak bisa dibendung.
2-1 untuk Indonesia. Dan bertahan hingga peluit panjang dibunyikan.
Indonesia tersenyum ramah pada Thailand ketika mereka berdua berjabat tangan, yang dibalas Thailand dengan senyum yang tak kalah ramah.
”Selamat, ya, Indonesia,” kata Thailand tulus. ”Timmu cukup hebat. Dan terima kasih. Setidaknya, aku tidak perlu menghadapi Vietnam kalau dia jadi juara grup B. Kau tahu, aku tidak tega bertanding dengannya.” Thailand tertawa renyah.
”Hahaha. Aku menyukai permainan timmu, mereka benar-benar hebat,” puji Indonesia. Gadis itu juga tertawa. Ya, kalau Thailand menang, ia akan mendampingi Indonesia sebagai runner-up grup A.
Ini dia. Indonesia melaju ke semifinal, bersama Malaysia, yang menjadi runner-up grup A.
Yang menggilas Laos dengan skor 4-1.
Lidah Indonesia kelu ketika dia tahu bahwa Malaysia-lah yang mendampinginya ke semifinal.
###
Perut Indonesia serasa ditonjok ketika mengetahui siapa lawannya di semifinal nanti, yang akan menggunakan sistem home and away.
Philippines. Runner-up grup B.
Di pertemuannya yang terakhir dengan Philippines, ia menang dengan skor yang cukup mencengangkan: 13-1. Wow. Jumlah yang fantastis. Namun Philippines sekarang bukanlah tim anak bawang lagi. Mereka menjelma menjadi raksasa.
Mereka melindas Singapore yang biasanya selalu dielu-elukan sebagai juara dan memulangkan satu negara lain, tapi sayangnya author lupa negara apa itu (ada yang tahu? Silakan kasih tahu lewat review). Diperkuat dengan 9 pemain naturalisasi—tidak main-main, 9 pemain naturalisasi! Kebanyakan berasal dari tempat si alis tebal itu—England, namun ada juga yang berasal dari America dan Iceland. Ayolah, pelatihnya saja dari England. Di tangan Simon McMenemy—pelatih Philippines, tim Kuda Hitam itu menjelma menjadi kekuatan mencengangkan.
Bisakah Indonesia mengalahkannya?
Indonesia sedikit terhibur ketika tahu kedua leg semifinal akan dilangsungkan di Jakarta, karena tak ada stadion yang layak di Philippines. Syukurlah. Dukungan untuk timnya akan melimpah ruah, pastinya.
Sementara itu, Malaysia akan berhadapan dengan Vietnam. Leg pertama mereka dilangsungkan di stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia.
Indonesia berusaha fokus untuk menghadapi Philippines, gadis berambut hitam kecokelatan yang dikepang dua itu. Sekilas, wajah Philippines mirip dengan Spain, motherland-nya. Hanya saja matanya tidak hijau. Matanya hitam cemerlang. Dan jangan lupa, Philippines itu perempuan. Ia lebih muda dari Indonesia dan sedikit lebih tua dari Laos.
Indonesia tersenyum sewaktu bosnya mengabarkan bahwa beliau dan istrinya akan menonton pertandingan antara timnya melawan Philippines di Stadion Gelora Bung Karno.
“Anda akan datang?” tanya Indonesia.
“Ya, saya ‘kan sudah bilang tadi,” jawab bosnya. Indonesia menelan ludah gugup. Soalnya, beredar mitos kalau setiap pertandingan yang dihadiri bosnya, timnya pasti kalah. Di benaknya terbayang kekalahannya dari Uruguay—1-7—beberapa waktu yang lalu.
“Baiklah,” sahut Indonesia.
Namun semua mitos itu terbukti tidak benar.
Indonesia tersenyum lebar saat Christian Gonzales membobol gawang Philippines lewat tandukan mautnya. Dan bosnya berdiri dan tersenyum senang.
Indonesia memimpin, 1-0.
Dan skor itu bertahan sampai leg pertama usai.
Sebenarnya, Indonesia nyaris kebobolan satu gol karena miscommunication antara kiper dan pemainnya, namun Zulkifli Syukur dengan spektakuler berhasil menyelamatkan gawang Indonesia dengan menyundul bola keluar lapangan. Ia menjadi pahlawan di pertandingan kali ini, bersamaan dengan Christian Gonzales dan Arif Suyono.
Timnya boleh menghela napas lega, tapi skor mereka masih berbanding tipis. Philippines masih berpeluang mengalahkan mereka.
Indonesia yakin ia bisa mengalahkan Philippines.
Sementara itu, Malaysia menjatuhkan Vietnam 2-0.
###
Leg kedua. Jantung Indonesia berdebar keras. Ia sudah tahu kalau Malaysia lolos ke final Piala AFF setelah menahan imbang Vietnam 0-0. Itu berarti, Malaysia berhak merebut tiket ke final. Apakah setelah ini ia masih bisa bertemu dengan adiknya itu?
Permainan berlangsung alot. Indonesia gemas sendiri ketika banyak peluang emas untuk mencetak gol yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh para pemainnya.
Gadis berambut hitam panjang itu mendengus kesal ketika tendangan pemain-pemainnya ke gawang Philippines dihalau oleh para pemain lawan. Sungguh memusingkan kepala. Dan membuat Indonesia nyaris depresi.
Indonesia menahan napas ketika Christian Gonzales melepaskan tendangan ke gawang Philippines. Gol? Tidak? Gol? Tidak?
GOL!
Indonesia bersorak kegirangan. Ia berlari di tepi lapangan sambil berteriak-teriak seperti orang kesetanan.
Lagi-lagi, Christian Gonzales menjadi pahlawan. Bagai déjà vu saja. Dan lagi-lagi terjadi miscommunication antara kiper Indonesia dengan pemainnya! Untung saja gawangnya bisa diselamatkan. Harus Indonesia akui, tangkapan kipernya yang satu itu benar-benar cemerlang. Dari 4 pertandingan (dan ini pertandingan kelima), ia baru kebobolan 2 gol.
Bahkan bosnya berdiri, merentangkan kedua tangannya dan tersenyum lebaaaarrr sekali.
Indonesia nyengir ketika ingat percakapannya dengan Yogyakarta dua hari yang lalu. Yogyakarta bertanya pada Indonesia, kenapa bosnya tidak memakai stiker Indonesia di pipinya seperti para suporter yang lain. Indonesia ngakak, kemudian menjawab asal, ”Paling-paling si bos kita itu cuma gengsi, Yogya!”
Indonesia masih ngakak kalau ingat kejadian itu. Ah, malah ngelantur. Ayo lanjut!
Skor 1-0 bertahan sampai akhir pertandingan. Di akhir pertandingan, Indonesia bersorak senang, kemudian berlari ke tengah lapangan dan menari-nari kegirangan bersama para pemain timnas Indonesia. Itu berarti, dengan total skor 2-0, Indonesia berhak maju ke babak final—dan bertemu Malaysia…
Philippines dengan ceria—seolah tidak ada apa-apa—menyalami Indonesia usai pertandingan.
“Kak Indonesiaaaaa!” teriaknya ceria. Indonesia tersedak. Ia sedang minum air mineral saat itu.
“Eh—Philippines!” Indonesia terkejut.
“Kak, selamat ya! Walaupun aku kalah! Hahaha. Tim kakak hebat banget! Aku nggak kecewa, kok, Kak! Sudah bisa melaju ke babak semifinal sudah hebat banget buat timku! Dan, oh, kalahkan Kak Malaysia, ya, Kak!” kata Philippines panjang-lebar.
Indonesia tersenyum. ”Makasih,” katanya ringan, ”kau tidak apa-apa?”
”Tidak, aku tidak apa-apa! Aku tidak kecewa, kok!” jawab Philippines ceria. Dia benar-benar mirip Spain—bisa tertawa dan ceria walaupun sedang terpukul. Namun, kalau sudah diajak mengacau, dia persis sekali dengan America.
“Kau lawan paling berat di kejuaraan ini, sungguh,” kata Indonesia. “Kau tahu, aku sering gemas sendiri melihat pertahanan timmu. Gila, aku nyaris depresi.”
”Oh, hahaha,” Philippines tertawa renyah, ”terima kasih untuk pujiannya, kak!”
Indonesia tersenyum tipis. Philippines menjabat tangannya sebelum pergi, kemudian berkata sambil melambai, ”Daaah, Kak Indon! Kudoakan kakak menang melawan Kak Malaysia, ya!”
”Amin,” Indonesia mengamini dengan gumaman rendah, kemudian balas melambai ke arah Philippines yang akan pulang.
Indonesia mendesah. Ia akan menghadapi Malaysia setelah ini.
Di babak final.
Sebuah penentuan...
###
A/N: Aaaaaahh… akhirnya selesai jugaaaa! Anda percaya tidak, saya menulis dan menyelesaikan chapter 1 ini hanya dalam satu hari saja? Tidak? Ya sudah, deh, kalau gitu. Saya pundung di pojokan aja #plak
By the way, chapter terakhir tentu saja akan release setelah pertandingan final antara Indonesia-Malaysia usai. Mari kita dukung Indonesia! Kalahkan Malaysia! Kalahkan Malon! Uhuuuuuyyy!
Ada yang mau buat fanfic kayak gini, tetapi MelayuCest? Yah, saya tahu banyak dari anda yang kecewa karena ini bukan MelayuCest. Mau tahu kenapa? Soalnya, anda tahu kan kalau Netherlands itu lolicon? Nah, lolicon itu kan hanya bisa sama anak perempuan. Jadilah Indonesia perempuan! Kata orang-orang, kan, Indonesia itu negara yang cantik! Iya, nggak? :D Sementara Malaysia cowok. Kalau anda mau membayangkan OC Malaysia kami, bayangkan wajahnya jutek kayak Switzerland, tapi rambutnya kayak Lithuania, panjang gitu. Dan, anda tahu? OC Malaysia buatan Wodeng cakep banget! Cocok, lho, sama Indonesia yang cantik! *disantet Indonesia*
Ah, saya kebanyakan bacot, ya! Ya sudah, sampai sini dulu, ya! Sampai jumpa di chapter berikutnya! Dadaaaah~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar