Minggu, 27 Maret 2011

Haunted


Artist Taylor Swift
Album Speak Now
Length 04:00

You and I walk a fragile line
I have known it all this time
But I never thought I'd live to see it break
It's getting dark and its all too quiet
And I can't trust anything now
And its comin' over you like its all a big mistake

Holding my breathe, won't lose you again
Something's made your eyes go cold

Come on, come on don’t leave me like this
I thought I had you figured out
Something's gone terribly wrong, your all I wanted
Come on, come on don’t leave me like this
I thought I had you figured out
Can’t breathe whenever you’re gone
Can’t turn back now, I’m haunted

Stood there and watched you walk away
From everything we had
But I still mean every word I say to you
He will try to take away my pain
And he just might make me smile
But the whole time I'm wishin he was you instead

Oh, oh, holding my breath, won't see you again
Something keeps me holding on to nothing

Come on, come on don’t leave me like this
I thought I had you figured out
Something's gone terribly wrong, your all I wanted
Come on, come on don’t leave me like this
I thought I had you figured out
Can’t breathe whenever you’re gone
Can’t turn back now, I’m haunted

I know, I know, I just know
You're not gone, you can't be gone
No

Come on, come on don’t leave me like this
I thought I had you figured out
Something's gone terribly wrong
Won't finish what you started
Come on, come on don't leave me like this
I thought I had you figured out
Can’t breathe whenever you’re gone can’t go back
I’m haunted

Oh, oh, oh, oh, oh
You and I walk a fragile line
I have known it all this time
Never ever thought I'd see it break
Never thought I'd see it

Rabu, 16 Maret 2011

Jepang dan Kegalauan Saya

Akhirnya. Saya menulis lagi. Kali ini saya sedang bad mood. Rasanya saya hanya bisa mengeluarkan unek-unek saya di blog ini. Dan saya tidak bisa membaginya dengan Ayu, apalagi Hida. Terlalu... sakit. Dan saya selalu susah mengatakan sesuatu lewat lisan. Menulis adalah hidup saya. Jadilah, menulis saya jadikan media untuk menumpahkan isi hati yang sedang galau.

Mengapa saya menulis Jepang pada judulnya? Ya, karena bencana alam yang terjadi tanggal 11 Maret kemarin di Jepang, sontak membuat saya sedih. Negeri Matahari Terbit itu, sedang kehilangan sinarnya. Redup. Dan lagi, itu terjadi dua hari sebelum ulang tahun saya yang ke-13, 13 Maret. Yah, mungkin itulah satu-satunya hari di mana saya bersuka cita dalam duka.

Saya tidak percaya mitos angka 13, dan tak akan pernah percaya. Saya tidak mau mengatakan bahwa kesialan selalu datang pada angka 13. Saya miris, dan sedih. Ya. Mendengar bahwa Jepang diguncang gempa dan dihantam tsunami, membuat saya tersentak dan terpaku. Membuat saya menangis. Ya, saya tidak bohong. Rasanya mata ini ingin menangis, tapi... tidak bisa. Susah.

Yang membuat saya bernapas lega, saya mempunyai teman yang sedang kuliah di sana. Beruntung, sewaktu bencana itu datang, dia sedang berada di Indonesia. Alhamdulillah. Saya tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi apabila dia masih ada di Jepang. Tidak bisa!

Ya Allah, terima kasih. Saya tidak pernah terkena bencana seperti itu, diuji sedemikian berat—tapi kenapa saya tak pernah bersyukur? Kami ini aneh, Ya Allah. Mereka yang congkak tak pernah Kau uji, tapi mereka—mereka yang hidup saja sudah susah, mengapa masih saja Kau timpakan cobaan? Sungguh. Saya benar-benar... miris.

Sungguh, saya benar-benar ingin menolong mereka yang berada di Jepang. Sangat. Tapi... saya tidak tahu harus bagaimana. Apakah cukup hanya dengan doa? Saya tidak tahu. Tapi, siapa yang bisa mengukur kekuatan sebuah doa? Hanya Allah yang tahu.

Yang membuat saya benar-benar... ugh, sangat... marah, ketika dua sahabat saya itu malah berkata, “Kenapa Jepang nggak hancur saja, sih?” Astaghfirullah. Saya tidak mau marah, tapi... kenapa... mereka berkata seperti itu? Coba bayangkan, bagaimana kalau itu terjadi pada Indonesia?

“Aku kan pengusaha! Nggak menyangkut negara!” begitu kata Ayu. Ah. Mungkin saya yang terlalu fanatik pada Jepang. Mungkin. Tapi... saya... saya benar-benar sedih! Di sisi lain, saya juga kagum dengan Jepang yang cepat tanggap. Mereka bisa dengan cepat mengevakuasi warganya. Salut untukmu, Jepang :)

Beberapa kali saya mencoba menulis fanfic tentang bencana itu. Tapi... susah. Saya tahu, ide tidak bisa dipaksa keluar. Namun kemarin, setelah agak tenang, akhirnya ide pun mengalir. Alhamdulillah.
Mungkin ini yang bisa saya lakukan untuk menolong mereka. We’ll always help you, Japan!

Kenapa di dunia ini... masih banyak orang yang tak punya perasaan? Sinting.

Tapi yang pasti, saya tahu ada banyak orang yang selalu mendukung Jepang. Saya tahu, dan saya yakin.

Saya ingin sekali membantu Jepang. Ingin sekali. Tapi entah bagaimana caranya. Saya tidak tahu. Mungkin dengan doa. Atau dengan tulisan?

Mendadak, saya punya cita-cita baru: menjadi seorang Duta Besar.

Saya cinta Jepang, dan saya juga cinta Indonesia. Selalu.

We love you, Japan. Forever and always.

Minggu, 13 Maret 2011

Back To December



Album Speak Now
Artist Taylor Swift
Length 04:14

I'm so glad you made time to see me
How's life? Tell me, how's your family?
I haven't seen them in a while

You've been good, busier than ever
We small talk, work and the weather
Your guard is up, and I know why

Because the last time you saw me
Is still burned in the back of your mind
You gave me roses, and I left them there to die

So this is me swallowing my pride
Standing in front of you, saying I'm sorry for that night
And I go back to December all the time

It turns out freedom ain't nothing but missing you
Wishing I'd realized what I had when you were mine
I go back to December, turn around and make it alright
I go back to December all the time

These days, I haven't been sleeping
Staying up, playing back myself leaving
When your birthday passed, and I didn't call

Then I think about summer, all the beautiful times
I watched you laughing from the passenger side
And realized I loved you in the fall

And then the cold came, the dark days
When fear crept into my mind
You gave me all your love, and all I gave you was goodbye

So this is me swallowing my pride
Standing in front of you, saying I'm sorry for that night
And I go back to December all the time

It turns out freedom ain't nothing but missing you
Wishing I'd realized what I had when you were mine
I go back to December, turn around and change my own mind
I go back to December all the time

I miss your tan skin, your sweet smile
So good to me, so right
And how you held me in your arms that September night
The first time you ever saw me cry

Maybe this is wishful thinking
Probably mindless dreaming
But if we loved again, I swear I'd love you right

I'd go back in time and change it, but I can't
So if the chain is on your door, I understand

This is me swallowing my pride
Standing in front of you, saying I'm sorry for that night
And I go back to December

It turns out freedom ain't nothing but missing you
Wishing I'd realized what I had when you were mine
I go back to December, turn around and make it alright
I go back to December, turn around and change my own mind
I go back to December all the time, all the time


[ From: http://www.elyrics.net/read/t/taylor-swift-lyrics/back-to-december-lyrics.html ]

Country From Where The Sun Rises, Zipangu


Album Hetalia Axis Powers Character CD Vol. 3- Japan
Artist Hiroki Takahashi (Japan's seiyuu)
Length 5:03

Romanized Lyrics

Iro hani hoheto chiri nuru wo
hi no izuru kuni zipangu

"Aratamemashite nihon desu
Shumi wa kuuki wo yonde hatsugen wo tsutsushimu koto desu"

Nagai rekishi no naka ni wa
hiki komotte ita toki mo aru
Minasan yori wa
unto jiisan touyou ni ukabu watashi

America san no muri nandai ni
hibi keikenchi wo age ganbatte
Sugoi iro desu
taberaremasen demo moratte shimau watashi

Wakai hito ni wa tsuite ikenai
sonna koto wo omou hi mo aru
Shikashi bushi no tamashii dake wa
wasurete wa inai no desu

Kogataka nara makasete kudasai
iro mo sore zore goyoui shitemasu
Nijigen nara karada yogoremasen
kokoro wa sukoshi yogoremasu ga

Iro hani hohe to chiri nuru wo
hi no izuru kuni zipangu

Kuni wo hiraita totan ni
odoroki mashita gekihen de
Youfuku kutsu ni chikara no kagiri!
Demo sugu narete shimau watashi

"Juunen hodo itadakere ba..."

Hakkiri shiro to iwaremasu ga
hito yori zutto kangaete ite
Dakara Yes to No dake de wa
katari tsukusenai mono desu

Arenji nara makasete kudasai
karee wa pan nimo gohan nimo aimasu
Kutsujoku niwa totemo taeraremasen
kakunaru ue wa seppuku desu… ara?

Kono umi no ue niwa tayou na kuni atte
omonjite itakotomo kutsugaeru

"Haru wa akebono
Natsu wa yoru desu
Aki wa yuugure
Fuyu wa tsutomete"

"Ten wo terasu kami no moto
Watashitachi no rekishi mada sennen tsumugimashou ne..."

Hana wa nioedo chitte yukimasu
tsuki wa michi tara kake yuku mono desu
Shiki no utsuri no kaori yuta kana
watashi wa kono kuni ga suki desu

Iro hani hohe to chiri nuru wo
hi no izuru kuni zipangu

[edit]Original Lyrics

いろはにほへとちりぬるを
日のいずる国ジパング

「改めまして 日本です
趣味は空気を読んで、発言を慎むことです」

長い歴史の中には
引きこもっていた時もある
みなさんよりは
うんと爺さん東洋に浮かぶ私

アメリカさんの無理難題に
日々経験値をあげ頑張って
すごい色です
食べられませんでももらってしまう私

若い国にはついていけない
そんなことを思う日もある
しかし武士の魂だけは
忘れてはいないのです

小型化なら任せてください
色もそれぞれご用意してます
二次元なら体汚れません
心は少し汚れますが

いろはにほへとちりぬるを
日のいずる国ジパング

国を開いた途端に
驚きました激変で
洋服靴に力の限り!
でもすぐ慣れてしまう私

「10年ほどいただければ...」

はっきりしろと言われますが
人よりずっと考えていて
だからYesとNoだけは
語りつくせものです

アレンジなら任せてください
カレーはパンにもご飯にも合います
屈辱にはとても耐えられません
かくなる上は切腹です...あら?

この海の上には多様な国あって
重んじていたこともクツガエル

「春は曙 
夏は夜です
秋は夕暮れ 
冬は勤めて」

「天を照らす 神のもと
私たちの歴史をまた千年 紡ぎましょうね...」

花は匂えど散ってゆきます
月は満ちたら欠けゆくものです
四季の移りの香り豊かな
私はこの国が好きです

いろはにほへとちりぬるを
日のいずる国ジパング

[edit]English Lyrics

Even the blossoming flowers will eventually scatter.
Land of the rising sun, Jipangu

"Nice to meet you again, my name is Japan
My hobbies are analyzing the situation and determining whether or not to speak."

In my long history
There were times when I withdrew into myself
Compared to everyone else
I am very much an old man, floating in the Orient

To America-san's unreasonable demands
I raise my experience points and do my best every day
The color is incredible
I cannot eat it, but I end up receiving it anyway

I cannot keep up with young nations (people)
There are days when I think such things
But my warrior spirit, at least,
I have not forgotten

If it's miniaturization, please leave it to me
I am also offering one in each color
If it's two-dimensional, then the body will not be tainted
The heart, however, will slightly be tainted

Even the blossoming flowers will eventually scatter.
Land of the rising sun, Jipangu

As soon as I opened the country
I was astonished by the sudden changes
Western clothing and shoes, to the best of my ability!
But I immediately grew accustomed to them

("If I could have just ten years")

I am told to make myself clearer but
I think much more than others and
Therefore with just "yes" and "no"
I cannot say all that I would like to say.

If it's an arrangement, please leave it to me
Curry goes well with both bread and rice
Disgrace is extremely unbearable
Since it has come to this, I will commit seppuku... Oh?

Upon this ocean, I met a variety of countries and
The things I had held in such high esteem were completely overturned

"In spring, it is the dawn; in summer, it is the night
In autumn, it is the evening; in winter, it is the early morning"

("Beneath the god who illuminates the sky
Our history, let us weave it for another thousand years")

Flowers are fragrant but they fall and scatter
When the moon is full it proceeds to wane
The fragrance of the four seasons' change is rich and varied
I love this country

Even the blossoming flowers will eventually scatter.
Land of the rising sun, Jipangu

The Murderer and The Nightmare

A/N: Happy birthday, Hiidaaaaaa! *peluk* Mmm, kali ini Rara menulis fic yang Rara persembahkan sebagai hadiah buat Hiida yang tanggal 10 Maret ini ultah! Sebenarnya fic ini rekuest Hiida sejak lama, tapi karena sering lupa, jadinya belum ditulis, deh. Dan akhirnya, jadilah fic ini!

Selamat membaca, ya~

Summary: Ketika Lovino membuka mata, ia sadar Antonio yang berdiri di depannya bukan Antonio yang dulu, melainkan... Antonio yang haus darah. Mengubek-ubek sisi sadis Spain. SpaMano. AU. Written for Hiida’s birthday.

Disclaimer: Hetalia? Punyanya Om Hidekaz Himaruya dong. Bukan punya saya. Tapi hati-hati aja kalau Hetalia ntar diklaim Malaysia. *apadeh*

###

Di mana kamu?
Sudah kucari dirimu
Namun belum juga ketemu
Di mana kamu?

Lovino terengah-engah. Ia mengusap peluh di wajahnya dengan geram. Matanya menatap sekelilingnya dengan ganas.

Di mana Antonio?

Aneh. Ia tahu betul tadi Antonio masuk ke rumahnya. Tak mungkin ia pergi. Tidak mungkin. Sampai Lovino merasa ada yang terjadi dengan Antonio. Dan ketika ia masuk ke rumah dan memanggil Antonio berulang kali, tak ada suara yang menyahut. Membuat Lovino ngeri.

Jangan-jangan, ia mati?

“BODOH!” teriak Lovino sambil menampar pipinya keras-keras, berusaha menepis pikiran bodoh yang tiba-tiba saja masuk ke benaknya itu.

“Mana mungkin ia mati! Ini kan rumahnya sendiri!” katanya.

Lovino menggeram kesal. Antonio... di mana sih si bego ini? Tidak mungkin, kan, ia menghilang di rumahnya sendiri?

Kakak Feliciano Vargas itu mendesah, kemudian melanjutkan pencarian. Ia mencari ke kamar Antonio.


Tidak ada. Kamarnya sendiri. Tidak ada. Kamar mandi? Lovino ragu-ragu sejenak. Namun setelah ia mencarinya ke sana, tetap tidak ada. Dapur? Tidak mungkin.


Kalau di semua tempat tidak ada, lalu di mana Antonio?


“ANTONIO FERNANDEZ CARRIEDO!” teriak Lovino. Ia mengentakkan kakinya kesal. “KALAU KAU TIDAK MUNCUL-MUNCUL JUGA, AKU AKAN PERGI DARI RUMAH INI!”


Lovino benar-benar akan melangkahkan kakinya keluar rumah ketika ia mendengar sesuatu, persis di telinganya.


Aku malah senang kalau kau pergi dari dunia ini, Lovino...


Lovino terkesiap. Pemuda Italia bermata coklat hazelnut itu mengerjapkan matanya, tak percaya. Suara itu... ia mengenalinya. Itu suara Antonio! Dan kenapa sepertinya asal suara itu dekat sekali dengan dia?


Masih tidak percaya dengan pendengarannya, Lovino mencoba untuk berteriak sekali lagi. Memastikan kalau suara tadi hanyalah halusinasi semata.


“ANTONIOOOOOOO! KELUAR KAU, TOMATO-BASTARD!”  Lovino berteriak sekali lagi, “KALAU TIDAK, AKU AKAN MERAMPAS SEMUA PERSEDIAAN TOMATMU UNTUK SEUMUR HIDUP!”


Seketika itu juga, Lovino melihat sekelebat bayangan yang melintas di depannya.


“A—Antonio?!” panggil Lovino gugup.


Aku di sini, Lovino.


“ANTONIO!” Lovino berteriak panik. Merasa bayangan itu adalah Antonio, ia segera mengejarnya.
Ia mengejar sampai ke halaman belakang. Di sana.


Antonio. Berdiri membelakanginya sambil memegang pedang.


“Ternyata kau di sini, bodoh!” umpat Lovino kesal. “Kau tahu, aku sudah mencarimu ke mana-mana—ke kamarmu, ke gudang, bahkan aku sudah memeriksa kamar mandi dan juga memeriksa kolong-kolong tersembunyi di rumahmu ini!”


Lovino membalikkan tubuh Antonio dengan kasar. Yang disebut belakangan, tubuhnya terhuyung. Pandangan kedua mata Antonio kosong, seperti berkabut. Ia membisu, tak menunjukkan reaksi terhadap umpatan Lovino barusan. Tak seperti biasanya.


“Apa yang kau lakukan, bego?” tanya Lovino kasar. Antonio menghela napas. Kemudian, tanpa peringatan, ia memukulkan pedangnya ke kepala Lovino.


Setelah itu, Lovino tak ingat apa-apa lagi.


###


Gelap.


Di mana aku?
Apa yang terjadi?
Kenapa... semuanya gelap?
Apa... apa aku... buta?

Lovino membuka matanya yang berat. Rasa sakit di kepalanya belum hilang, menimbulkan pening yang menyiksa. Ia bisa merasakan sesuatu yang menggelitik di pelipisnya. Samar-samar, ia mencium bau karat yang sudah tak asing lagi. Darah.


Ini di mana?


Ruangan tempat ia berada sekarang, cukup gelap. Hanya ada remang-remang cahaya yang menyinari ruangan itu. Lovino mencoba bergerak, namun tangan dan kakinya terikat. Jantungnya berdebar keras. Ini bukan mimpi, kan?


“An... Antonio?” bisiknya parau.


“Aku di sini, Lovino.”


Lovino tersentak. Suara itu! Suara Antonio!


“Antonio! Kau di mana?” teriak Lovino panik. “Tolong aku, bego! Aku disekap di ruangan sialan ini, tangan dan kakiku diikat, dan aku—“


Antonio tertawa. Betapa terkejutnya Lovino ketika mendengar tawa Antonio—tawa itu bukan tawa seorang Antonio, bukan... tapi tawa itu melengking, dingin, dan membuat bulu kuduknya berdiri.


Kemudian, perlahan, ia mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.


Sosok yang melangkah itu berhenti tepat di garis cahaya yang menyinari sebagian kecil ruangan itu. Lovino
mendongak. Mata cokelat hazelnut-nya membelalak tak percaya.


“Halo, Lovino.”


Lovino menatap sosok di depannya dengan ganas.


“Brengsek kau, Antonio! Aku sedang dalam kesusahan begini dan kau hanya mengatakan halo?!” katanya tak percaya.


“Hmph,” Antonio mendengus pelan, lalu tertawa. “Kau tidak ingat kenapa kau ada di sini?”


Seketika itu juga Lovino ingat: Antonio memukul kepalanya, membuatnya tak sadarkan diri.


“Jadi kau yang menyebabkan semua ini!” tuding Lovino galak. “Kenapa kau memukul kepalaku, tomato-
bastard?!”


“Yah, aku berubah pikiran tentangmu,” jawab Antonio pelan.


“Maksudmu?” tanya Lovino, firasatnya mengatakan Antonio akan melakukan sesuatu yang... mengerikan.


“Ehm. Aku sudah memutuskan. Karena kehadiranmu di rumahku, aku mendadak menjadi gila dan akhirnya
aku...”


Lovino menajamkan pendengarannya dengan waspada.


... aku memutuskan untuk membunuhmu.”


Kalimat terakhir dikatakan Antonio dengan santai, namun Lovino merasa kalimat itu bagai menghantam telinganya, bagai petir di siang bolong.


“KAU BERCANDA!” teriak Lovino kaget. “Kau—kau tidak mungkin melakukan itu—“


“Mungkin saja,” sela Antonio, sambil mengeluarkan sebilah belati dari sakunya. Lovino bergidik ngeri.


Jangan...


“Meskipun aku membunuhmu, Lovino,” Antonio maju, bibirnya membentuk seulas senyum sinis, “jangan salah, aku masih menyayangimu,” lanjutnya pelan. Ia maju mendekati Lovino, sehingga wajah mereka hanya terpisah beberapa senti.


“Antonio... kau...” tenggorokan Lovino tercekat; ia tak tahu harus bicara apa.


“Maafkan aku, Lovino,” bisik Antonio.


Lovino sudah tegang; bahkan ia tidak bisa merasakan belati tajam itu menusuk jantungnya. Ia bisa merasakan
darah mengalir turun, membasahi bajunya, mengotori lantai...


Mungkin inilah saatnya. Saat ia harus mengakui... perasaannya pada Antonio. Kalau setelah ini ia sudah meninggalkan dunia fana, kapan lagi ia bisa mengungkapkannya?


“Antonio... ti amo...” bisik Lovino parau. Lovino mencintai Antonio. Itu dia. Perasaan yang sudah ia pendam sejak lama... setidaknya, walaupun mungkin ia nanti sudah tiada, Antonio sudah mendengarkan pengakuannya...


Kemudian, mata cokelat itu menutup. Dan tak akan pernah membuka lagi.


Antonio terdiam. Menatap Lovino yang sudah tak bernyawa.


Sudah. Tidak. Bernyawa.


Tiba-tiba Antonio tersentak. Mata hijaunya memandang sekelilingnya dengan bingung. Dan, ketika Antonio
menyadari bahwa Lovino sudah mati, ia jatuh dan berlutut di lantai, air matanya jatuh tak tertahankan. Ia sama sekali tak sadar, bahwa ia sendirilah yang membunuh Lovino. Lovino Vargas, pemuda itu sudah ia asuh sejak lama... kenapa... kenapa ia harus terbunuh di tangan Antonio?


“Maafkan aku, Lovino...” bisik Antonio.


Sungguh, aku menyesal...


###


Lovino, maafkan aku...


“Bangun, bego! Tahukah kau jam berapa sekarang, hah?!”


Lo—Lovino? I—itu suaramu?


“Astaga, Antonio bego! BANGUN, TOMATO-BASTARD!


Ah, apakah ini di surga? Rasanya suaramu begitu nyata...


“ANTONIO FERNANDEZ CARRIEDOOOOOOOOO! BANGUN, BEGO!”


Antonio membuka matanya, kaget karena teriakan mendadak di sebelahnya.


Bisa dibayangkan, mata hijau emerald-nya melebar saking tak percayanya.


Lovino Vargas, berdiri di sebelah kasurnya, tangan kirinya memegang sendok sup. Wajahnya tampak kesal.


“Sarapan sudah siap, bego. Kau mau berhibernasi sampai kapan?” sindirnya.


“Lo—Lovino? Ini beneran kamu, kan?” tanya Antonio tidak percaya.

“Ya, bego. Memangnya kaupikir aku ini siapa?” jawab Lovino, masih ketus.

“Ah! Tidak, bukan begitu...” Antonio buru-buru mengelak. Kemudian, tiba-tiba saja ia memeluk Lovino.

Membuat yang dipeluk menjadi blushing.

“Lovino, aku sayang kamu, deeeeeeeh,” kata Antonio penuh sayang.

“Eh! Be—bego! Lepaskan aku!” teriak Lovino kaget.

Mereka berdua pun saling bergelut di pagi yang cerah itu.

Terima kasih, Tuhan.

Kau masih mengizinkan kami berdua hidup bersama...

=The End=

###

A/N: Happy birthday, Hiidaaaaaaaaaaa! *tebarbrownies* Wish you all the best! Hahaha. Oke. Semoga kamu suka dengan hadiah ultah (nggak niat) ini ya, Hid! *wink* Dan kalau ada typo/diksi aneh/cerita aneh, mohon maaf, deh. Habis, saya ngebut ngerjain ini semalam, hehe *sungguhtidakniat*


Oke. Review dan/atau koreksinya? Kalau nggak, saya harakiri, nih! *jangan!*


(dalam hati: eman-eman... besok Minggu saya udah ultah... *sweatdrop*)