Sabtu, 12 Januari 2013

Spelling Bee - part 2

Jadi, melanjutkan post yang kemarin, Spelling Bee part 1. Intinya, ya, Hafidh dan aku menang, dan kami berhak maju ke lomba Spelling Bee tingkat nasional di Jakarta.

Singkat cerita, setelah ngurusin ini-itu--biaya, transportasi, akomodasi, makan, dan lain-lain--tanggal 4 November kemarin akhirnya kami berangkat ke Jakarta, didampingi Mr Ag. Mr Muji nggak bisa ndampingin, soalnya tanggal segitu adiknya mau nikah. Yah ._. berarti yang ke Jakarta hanya tiga orang.

Pagi itu, jam setengah lima, aku bangun dan mandi. Mr Ag rencananya nebeng mobil keluargaku ke bandara. Ya, kami naik pesawat ke Jakarta. Flight-nya jam 06.20, jadi kami harus bangun pagi dan langsung berangkat ke bandara. Sementara Hafidh dan ayahnya sudah berangkat duluan.

Sampai bandara, kami langsung pamitan sama orangtua kami masing-masing dan check-in, lalu masuk ke boarding lounge. Duduk pun hanya beberapa menit, karena setelah itu kami langsung boarding. Jakarta, we're coming!


Tiketkuuu! Nama belakangnya bener, yay!

Berasa orang kampung,
naik pesawat aja foto-foto -_-

Penerbangannya sendiri memakan waktu sekitar 1 jam. Kami mendarat di Bandara Soekarno-Hatta jam 07.30. Sampai sana, kami ke A&W dulu, beli sarapan. Lalu kami langsung cabut ke lokasi lomba naik taksi. Tempatnya di Gedung SMESCO, di daerah Pancoran. Perjalanannya juga memakan waktu sekitar 1 jam.

Kami langsung naik ke lantai dua setelah sampai di sana. Eh, atau lantai tiga, ya? Pokoknya gitu deh. Lalu aku dan Hafidh mengantri untuk daftar ulang. Kami dikasih satu bag kecil, isinya jajanan. Lumayaaan, haha. Oiya, tingkat nasional diikuti oleh juara 1-3 kompetisi regional dari seluruh Indonesia. Katanya sih, ada sekitar 450 peserta yang bertanding. Itu berarti sekitar 100-an orang tiap grup. Sistemnya masih sama seperti kompetisi regional, ada grup A, B, dan C.

Lalu, habis daftar ulang, kami masuk ke ruang lomba--well, lombanya diadakan di sebuah ballroom yang lumayan besar. Ada ratusan meja dan kursi di situ. Di sebelah kiri untuk grup A, di tengah untuk grup B, dan kanan untuk grup C. Aku dan Hafidh langsung mencari tempat duduk sesuai grup kami.

Ballroom-nya. Maaf jelek, maklum, kamera hape ._.

Sambil menunggu lombanya dimulai, aku dan Hafidh tebak-tebakan dulu. Hafidh membacakan katanya, aku mengeja kata yang dimaksud. Begitu pula sebaliknya. Kami masih menggunakan lembar word spelling list yang dulu, ditambah beberapa kisi-kisi yang diberi Kak Arief, pendamping dari EF Semarang. Dan sehari sebelum berangkat, hari Sabtu, aku (dengan senang hati) izin ekskul demi diajarin pronunciation dan sound sama Mr Muji.

Jadi gini. Pernah nggak memperhatikan simbol-simbol atau huruf aneh yang ada di kamus? Nah, itu yang namanya bunyi. Atau phonemic, kalau nggak salah. Itu menunjukkan bagaimana suatu kata harus dibaca. Hmm... agak susah menjelaskannya. Misalnya kata sponge. Kalau di kamus, kata itu bakal diikuti dengan tulisan spʌndʒ. Dibacanya 'sponj'. Kata Mr Muji, kalau ada bunyi 'ng' itu biasanya dibaca 'j'. Kasusnya ya kayak kata sponge itu. Err, seperti yang sudah kubilang, agak susah menjelaskannya. Aku bukan master Bahasa Inggris, jujur saja.

Word spelling list.
 Detik-detik sebelum lomba...

Oke, lanjut. Jam 9, babak penyisihan dimulai. Diawali dengan grup A dulu. Dan peserta dari grup B dan C diam dan mendengarkan. Sistemnya sama seperti kompetisi regional, ada native speaker yang membacakan katanya dan para peserta harus menuliskan kata yang dimaksud di lembar jawaban. Ketika babak penyisihan grup A dimulai, aku dan Hafidh mendengarkan kata apa saja yang diucapkan. Well, karena grade-nya anak kelas 1 sampai 3 SD, tentu saja kata-katanya super gampang. 

Kemudian grup B... hm, ada beberapa yang aku nggak ngerti. Mungkin masalah klasik: pendengaran. Haha. Aku beberapa kali ditertawai Hafidh gara-gara nggak tahu kata apa yang dimaksud. Padahal gampang banget, ternyata. Sial.

Dan akhirnya... grup kami. Grup C. Bismillah. May the odds be ever in our favor!

Native speaker yang membacakan kata-kata buat grup kami, alhamdulillah pengucapannya jelas. Ada 15 (atau 25 ya? Lupa, haha) kata yang disebutkan. Aku nggak tahu beberapa kata, jadi aku pakai teknik yang umum digunakan anak-anak kelasku: teknik mengarang indah. LOL. Satu kata yang aku ngarang total, dan (kayaknya) bener: ladle. Sendok sup. Oke, sebenernya spelling bee ini benar-benar menguji vocabulary seseorang. Dan... well, gara-gara sering nonton film berbahasa Inggris, vocab-ku bisa dikatakan cukup banyak. Tapi nggak sebanyak Hafidh yang seperti kamus berjalan ('-' )a

Akhirnya, selesai juga! Aku dan Hafidh langsung ribut membahas kata-kata yang tadi diujikan. Yang bikin nggonduk, soal pertama. Aku nulis pharmacitical, Hafidh nulis pharmaceutical. Haduuuh. Aku sedikit nggak yakin bakal masuk semifinal. Oiya, untuk babak semifinal ini, diambil sekitar 70-an peserta, kalau nggak salah. Eh, atau 65, ya? Entahlah, lupa.

Kami keluar ballroom, kemudian nyari-nyari Mr Ag di sekitar situ. Beliau duduk agak jauh dari ballroom. Di dekat situ, ada TV layar datar. Wah, ternyata di-shoot juga, toh. Lalu Mr Ag nyuruh kami berdua nyari makan, mumpung banyak stand makanan berjejeran. Beliau ngasih aku... seratus ribu rupiah! Hahaha. Jadilah, aku dan Hafidh muter-muter di sekitar situ, nyari jajan. Sayangnya aku lagi nggak selera makan. Jadi, aku mengembalikan uang itu ke Mr Ag, dan beliau serta Hafidh nyari jajan. Aku nungguin.

Hafidh kembali dengan membawa... hot dog! Bukan hot dog biasa yang sering dijual di pinggir jalan. Hot dog-nya enaaak. Rotinya besar, sosisnya juga besar. Enak pula. Harganya mahal sih, 30 ribu rupiah. Dan nyeseknya, baru aku makan setengah (well, not sure whether it was an half or a quarter), pengumuman peserta yang lolos ke babak semifinal sudah akan dimulai. Jadi, aku belum sempat menghabiskan hot dog-nya. Yah.

Kami masuk lagi ke ballroom, dan duduk di tempat kami tadi. Di panggung, ada dua layar besar di sisi kiri dan kanan yang bertuliskan "Spelling Bee Semifinalists". Atau semacam itu. Tapi masih kosong. Sementara itu, dua host di panggung maju dan mulai membacakan nama-nama semifinalis. Dari grup A dulu, tentunya. Setelah itu grup B, dan... grup C. Aku berdoa dalam hati. Seandainya aku masuk semifinal, alhamdulillah. Kalau tidak, ya nggak apa-apa. Justru bagus, karena kami bisa "melarikan diri" dari gedung itu untuk jalan-jalan menjelajah Jakarta. Hahaha :D

Siapa sangka, dari 65 peserta yang masuk semifinal, aku masuk di urutan ke-37. Alhamdulillah! Begitu namaku dipanggil ke depan (semua semifinalis yang dipanggil harus maju ke depan panggung), Hafidh menepuk tanganku sambil bilang, "Sukses!" aku sih tertawa kecil saja, dan langsung maju ke depan. Aku berdiri di depan panggung dan melihat namaku tertera di layar besar itu. Wow, keren juga. Aku masuk semifinal.

Beberapa nomor kemudian, ternyata Hafidh juga masuk semifinal, urutan ke-44. Hore! Hafidh maju ke depan, dan kebetulan dia berdiri persis di belakangku. Kami saling jabat tangan. Alhamdulillah, that was awesome. Menjadi semifinalis di lomba bergengsi tingkat nasional... I'm so grateful.

Satu hal yang bikin aku pengen ketawa adalah, kami adalah sedikit dari 65 finalis yang namanya "so Indonesian" atau "so Islamic". Di antara puluhan anak bernama Bernardus, Louis, Natalie, dan lain-lain, nama semacam "Kania" dan "Hafidh" muncul. Hahaha. I don't mean to be racist, it just feels so impressive.

Setelah itu, kami keluar sebentar untuk mengambil tas kami. Mr Ag langsung menyelamati kami. Hahaha. Kami nggak bisa lama-lama di luar, soalnya babak semifinal akan segera dimulai. Aku dan Hafidh langsung masuk ballroom lagi dan mencari tempat duduk yang kosong. Sayang, kami duduk terpisah. Hafidh satu baris di depanku, dua kursi ke kiri. Yah, setidaknya masih dekat, lah.

Sistemnya seperti babak penyisihan tadi. Kami diberi lembar jawaban, kami diberikan kata-kata oleh para native speaker tersebut, kemudian harus menuliskan kata-kata yang dimaksud pada lembar jawaban. Dan lagi-lagi, kami harus menunggu sampai grup A dan B selesai. Mengalah sedikit, hehe.

Dan giliran kami tiba. Bismillah, semoga kami bisa.

Babak semifinal? Hmm... kata-katanya cukup susah. Bahkan ada beberapa yang aku tidak mengerti. Sialnya, aku duduk diapit dua cowok yang kelihatan pintar. Jadi, tambah guguplah aku. Teknik mengarang indah kembali menjadi andalanku.

Selesai babak semifinal, kami berdua keluar ballroom dengan... yah, sedikit berharap tidak masuk final supaya bisa jalan-jalan. Dasar anak SMP. Kebetulan masing-masing saudara kami yang tinggal di Jakarta menyempatkan diri untuk datang dan bertemu kami. Jadilah, kami saling ngobrol sambil menunggu pengumuman. Tak lupa, kami shalat Zuhur juga.

Akhirnya, pengumuman peserta yang masuk final! Aku dan Hafidh tidak berekspektasi apapun tentang ini. Paling cuma khawatir kalau masuk final. Kenapa? Soalnya babak final bakal diadakan di panggung. We do it orally. Secara lisan. Waktunya juga 15 detik untuk mengeja satu kata. 

Dan... ya, kami memang nggak masuk final. Aku dan Hafidh saling bertatapan, kemudian saling berjabat tangan dan bilang, "Jalan-jalan!" Hahaha.

Kebetulan, ada saudaranya Hafidh yang siap menemani kami jalan-jalan di Jakarta. Kami keluar gedung SMESCO setelah sebelumnya membeli es krim Haagen-Dazs yang cukup mahal itu. Bayangkan, satu cup kecil harganya 30 ribu rupiah. Tapi kalau beli dua, hanya bayar 50 ribu saja. Lumayan, sih. 

HAHAHA :9 Oke, maklum. Orang kampung...


Kami harus berjalan agak jauh, ke arah Patung Pancoran demi mendapatkan taksi. Dan sialnya, di tengah jalan hujan, macet pula. Jadi kami memutuskan keluar dan berjalan (ya, berjalan) ke Plaza Semanggi. Untungnya, hujannya tidak terlalu deras. Tapi namanya juga Jakarta, kalau hujan sedikit pasti banjir. Aku dan Hafidh sampai harus melompat-lompat di antara genangan air yang cukup dalam supaya nggak basah. Dasar, Hafidh (yang berjalan di belakangku) kehilangan keseimbangan dan secara refleks menarik tasku. Alhasil, aku ikut jatuh. Sepatuku basah terendam air, aaaah. Mana kaki kananku waktu itu lagi diperban, pula. Diperban kenapa? Pokoknya lagi sakit. Titik.

Kami makan siang dulu di Solaria. Habis itu, baru deh jalan-jalan. Kami keliling Plaza Semanggi. Ke tempat kamera, komputer, ya gitu deh. Bahkan Mr Ag dan Hafidh iseng nyobain Smart TV yang 3D itu, loh. Nih, buktinya:

I. Can't. Hold. My. Laugh.

Sekitar jam 7 malam, kami ke Stasiun Gambir, menunggu kereta yang akan membawa kami pulang ke Semarang. Ya, demi menghemat biaya, kami pergi naik pesawat dan pulang naik kereta. Asyik juga kok, kami naik Argo. Jadinya nyaman, deh. Haha. Selain itu, kalau kami sampai di Semarang pagi-pagi, aku dan Hafidh bisa bolos sekolah. Kan Senin. Oh, dan ada try out UN pertama, pula. Hore! :D Kami hanya harus susulan hari Rabu. Nggak apa-apa, kok. Malah kami senang~

Kami meninggalkan Jakarta pukul 21.30. Capek? Iya. Makanya kami langsung tidur begitu kereta mulai berjalan. Sekitar jam 1, aku bangun. Hafidh juga. Kami berdua nggak bisa tidur lagi sampai kereta berhenti di Stasiun Tawang pukul 4 pagi. 

Alhamdulillah, such a marvelous, wonderful, and enchanted experience. Thanks God, I'm so grateful. As Hafidh said that we're didn't win, obviously. But at least we had a lot of things to do together, to be told as a story of a journey.

:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar