Minggu, 25 November 2012

Spelling Bee - part 1

Hai.

Hal pertama yang harus aku akui adalah... em, aku bingung mulai dari mana.

Jadi, ini cerita lama.

Tanggal 6 Oktober 2012. Hari Sabtu. Aku bangun jam 3 pagi tanpa alasan yang jelas. Aku baru saja akan menarik selimut kembali ketika aku ingat sesuatu.

...hari ini aku lomba. Lomba Spelling Bee.

Ceritanya panjang. Kenapa aku bisa ikut lomba itu? Well, ceritanya dimulai tiga hari sebelumnya. Rabu, 3 Oktober 2012. Aku sedang mengerjakan soal Matematika ketika Mr Ag--mantan wali kelasku sekaligus guru bahasa Inggris kelas 7 dan 8--masuk ke kelas dan memberi pengumuman. Intinya, hari itu bakal diadakan seleksi buat milih peserta lomba Spelling Bee besok Sabtu. Adel, yang duduk di sebelahku, menoleh dan bilang, "Ikut sana, Mith!" tapi aku hanya nyengir dan kembali mengerjakan soal di buku. Tawaran yang menarik, kupikir. Diam-diam aku pingin ikut, tapi rasanya kok... males.

Berbelit-belit. Awalnya aku pikir aku bakal ditunjuk, tapi siapa sih yang bisa menebak guruku yang satu itu? Maka, aku memutuskan mendaftar daripada menunggu ditunjuk. Seleksinya dimulai pada jam pelajaran terakhir, jadi aku minta izin keluar waktu itu, ke lab bahasa.

Dan tebak apa?

Dari kelas 9, yang mengajukan diri cuma aku. Wow.

Sementara itu, ada Misli, Elan, Teddy, Naufal, Ray, Yoga, dan adik-adik kelasku yang lainnya. Namun tiba-tiba, beberapa menit kemudian Ave masuk ke lab bahasa, disusul Hafidh. Ternyata mereka dipanggil Mr Ag. Coba kalau aku nggak mengajukan diri, bakalan dipanggil nggak tuh?

Jadi, intinya, kami semua bakal dipanggil satu persatu masuk ke lab bahasa dan mengeja 10 kata, yang lain menunggu di luar. Rencananya akan diambil 3 besar yang akan mewakili sekolah. Aku, Ave, Elan, dan Misli (ya, dari sekitar 15 anak yang ikut seleksi, hanya empat yang perempuan) menunggu di dekat tangga sambil ngobrol, nyanyi, dan mainan nggak jelas. Rasanya lamaaaaa sekali sampai giliran Hafidh tiba, dan dia masuk ke dalam. Yang sudah maju berhak menunjuk siapa yang bakal maju selanjutnya. Kami berempat ketar-ketir, takut bakal ditunjuk Hafidh.

Beberapa menit kemudian, Hafidh keluar. Dia menunjuk... Misli. HAHAHAHA.

Dan pada akhirnya, aku dan Ave maju terakhir. Waktu itu, sekolah sudah sepi dan semua yang ikut seleksi sudah pulang--kecuali aku dan Ave, tentunya. Kami juga masih ada bimbel sore.

Setelah Ave keluar, Mr Muji menyusul dan membawa daftar kata-kata yang tadi diujikan.

"Kalau dilihat dari hasilnya tadi sih, tiga besarnya kalian. Jadi, kalian yang bakal maju..."

Kalian? Oh, siapa lagi kalau bukan aku, Ave, dan Hafidh? Aku sih cuma nyengir. Dan bersyukur di dalam hati. Setidaknya aku akan ikut lomba lagi. Siapa tahu aku menang, dan sertifikatnya mungkin bisa buat tambahan poin masuk SMA.

Sewaktu aku kasih tau Hafidh tentang ini, dia cuma bilang, "So. Back to our usual business. Me, you, and Ave in an English competition..."

Benar juga katanya. Kami bertiga bakalan ikut lomba Bahasa Inggris lagi. Cuma bedanya, kali ini kami bukan tim, kami bersaing secara individu. Wah, melawan dua master of English, aku bisa apa?

--

Besoknya, hari Kamis, ada kejutan. 12 anak yang tidak lolos seleksi kemarin, ternyata dibolehkan ikut! Tapi secara individu, bukan sebagai perwakilan sekolah. Jadi, mereka membayar biaya pendaftarannya sendiri-sendiri. Sedangkan aku, Ave, dan Hafidh sudah dibayarin sekolah. Yay!

Hari Jumat, kami seharian latihan di lab bahasa. Bolos (baca: izin) seharian dari pelajaran itu... ya Allah, enak banget. Tapi kami latihan dengan tidak begitu efektif. Kebanyakan malah main dan ngobrol. Ray dan Naufal apalagi, mereka berakting seperti main game fighting. ROTFL.

Kami latihan pakai kamus Cambridge di laptopnya Mr Ag. Jadi, salah satu dari kami mengetik suatu kata yang ada di dalam word spelling list (terdiri dari 300 kata untuk grade 7, 250 kata untuk grade 8, dan 200 kata untuk grade 9. Jadi, totalnya ada 750 kata. Mantap!), kemudian menekan ikon speaker yang ada di samping kata tersebut. Nanti akan ada contoh pronunciation. Dan sisanya harus menebak kata apa yang disebutkan. Kami mencoba dua cara, tertulis dan lisan. Kalau tertulis berarti kami harus menulis kata yang dimaksud, sedangkan kalau lisan, kami harus mengeja kata itu.

Dengan ini kami sepakat, kesulitan terbesar saat lomba Spelling Bee justru datang dari kami sendiri. Yaitu, masalah pendengaran. Oh, dan faktor pengucapan juga pengaruh. Intinya, sering-sering mendengarkan lah. Sering kan, kita nggak tahu gimana suatu kata harus diucapkan?

Pada akhirnya aku bolos bimbel hari itu. Hahaha :D

--

Kembali ke hari itu, 6 Oktober 2012. Aku segera bangun dan bersiap-siap. Melakukan rutinitas pagi seperti biasa. Lalu aku berangkat ke sekolah dulu, mengantar mamaku. Perjanjian dengan Mr Ag kemarin, kami semua berangkat sendiri-sendiri ke lokasi lomba. Oiya, lomba Spelling Bee ini diadakan oleh EF. English First. Kursus Bahasa Inggris yang lumayan terkenal. Iyalah, levelnya internasional.

Di sekolah, aku diserbu teman-temanku. Kata mereka, "Good luck ya, Mith!" "Oleh-oleh piala lho, Mith!" "Menang ya!"

...makasih. :')

Jadi, habis itu, aku langsung cabut ke EF. Aku ketemu Hafidh yang baru saja sampai di sana. Ternyata sebagian besar anak sudah ada di situ. Langsung deh, aku ngobrol, main. Nunggu giliran. Setelah sebelumnya daftar ulang dulu. Karena kami SMP, kami masuk grup C. Grup A buat anak kelas 1-3 SD, grup B kelas 4- 6 SD.

Kelas yang dipakai untuk babak
penyisihan dan semifinal.
Akhirnya giliran kami tiba juga. Aku baru tahu, ternyata peserta grup C ada sekitar 60-an anak. Ini berarti, sekolahku mendominasi seperempat peserta lomba. Nah, nah. Kesempatan maju ke babak selanjutnya lumayan besar, nih.

Babak penyisihan dimulai! Kami dibagi menjadi dua grup kecil. Aku, Ave, dan Hafidh satu grup. Ada Misli, Elan, dan Yoga juga. Speaker-nya (yang bakal bacain kata-katanya) adalah seorang native alias bule dari Wales, Inggris. Bagus deh. Biasanya kalo orang Inggris itu pengucapannya lebih jelas. Oiya, babak penyisihan dan semifinal bentuknya tertulis. Kalau final baru lisan.

Peraturannya, si native speaker akan membacakan suatu kata dengan pola kata-kalimat-kata. Maksudnya, ia mengucapkan katanya, penggunaan dalam kalimat, dan terakhir mengulangi kata tadi. Waktu yang diberikan untuk menulis tiap kata adalah 15 detik. Dan... apakah kamu akan percaya kalau aku bilang bahwa kata semacam jellyfish, coffee, dan pizza muncul di babak penyisihan? Iya! Kata-kata yang segampang itu ada di soal ._. selain itu, soalnya lumayan mudah. Tapi ada juga yang bikin bingung, sih.

Para semifinalis!
Kelar babak penyisihan, kami menunggu di salah satu kelas kosong di EF yang kami pakai sebagai semacam basecamp. Beberapa menit kemudian, pengumuman peserta yang lolos ke babak semifinal diumumkan di lobi depan. Dari sekitar 60-an anak, yang diambil untuk babak semifinal ada 14 orang.

Yang jadi kejutan, aku masuk semifinal di urutan kedua. Peringkat pertama dipegang cowok bernama Leonard, dari SMP 1 Magelang. Sedangkan posisi di bawahku ada Hafidh, Ave, Teddy, Yoga, Misli, Elan, Avero, Dandy, dan Ray. Wah, sepuluh dari kami masuk semifinal! Aku, Ave, dan Hafidh bersorak dan saling tos. Setelah pengumuman selesai, kami langsung masuk ke kelas tempat diadakannya babak semifinal. Kami duduk sesuai urutan peringkat tadi. Native speaker-nya pun sama, hihi.

Babak semifinal... hmmm, kata-katanya lumayan sulit. Tapi ada juga yang supergampang macam calculator. Aku sedikit pesimis. Bisa nggak ya, aku tembus final?

Setelah babak semifinal selesai, kami semua ditinggal di kelas itu. Kami yang anak Al-Azhar ribut membahas jawaban. Aku bisa merasakan peserta lain agak merasa tersisih. Mungkin.

Beberapa menit kemudian native speaker itu masuk dan mengumumkan bahwa Hafidh dan Leonard masuk final. Karena ada beberapa anak yang nilainya sama--termasuk aku--maka akan diadakan tanding ulang. Duh. Dan kali ini tidak ada contoh penggunaan katanya dalam suatu kalimat.

Setelah selesai, ternyata...

...aku masuk final.

Sedangkan Ave dan beberapa yang lain masih harus tanding ulang. Karena dari 14 orang hanya diambil 5 orang untuk final--dan tiga di antaranya sudah diambil aku, Hafidh, dan Leonard--maka hanya tersisa 2 tempat untuk diperebutkan.

Aku langsung keluar dari ruangan itu, lari ke basecamp kami dan sekali lagi tos dengan Hafidh. Setelah itu kami menunggu dengan tegang, siapa selanjutnya yang bakal masuk final?

Tiba-tiba pintunya terbuka. Ave masuk dengan wajah datar. Kami langsung memberondongnya dengan pertanyaan, "Kamu masuk final nggak, Ve? Siapa aja yang masuk final?"

"Enggak, aku nggak masuk final. Tapi Teddy masuk!" jawabnya. Wah, kejutan lagi! Aku agak sedih Ave nggak masuk final, tapi di sisi lain juga senang karena Teddy, adik kelasku, masuk final. Satu tempat lagi diambil anak perempuan bernama Vivian. Kalau dilihat dari nama lengkapnya, sepertinya dia adik Leonard. Keren!

Kanan-kiri: Leonard, Hafidh, aku, Vivian.
Teddy nggak kelihatan. Photo by Misli.
Finalnya diadakan di satu ruangan di dekat lobi depan EF yang pintunya terbuat dari kaca. Makanya, orang-orang di luar bisa melihat apa yang terjadi di dalam. Adik-adik kelasku langsung merapat, melihat kami duduk dengan raut muka tegang. Di dalam ruangan itu kami duduk sesuai urutan. Leonard duduk di paling kiri, Hafidh di sebelahnya, aku di tengah, Vivian di sebelahku, Teddy di paling kanan. Di depan kami ada smartboard, mirip whiteboard, hanya saja bentuknya digital. Di situ tertulis nama kami. Duduk menghadap smartboard dan membelakangi kami, adalah jurinya. Ada dua orang, salah satunya native speaker dari Wales tadi. Dan babak final pun dimulai...

Peraturannya, setiap peserta maju ke depan, ke hadapan juri, kemudian mengambil empat rol kertas dari suatu wadah. Nah, rol-rol kertas itu berisi kata-kata yang nantinya akan dibacakan oleh juri dan harus dieja dalam waktu 15 detik. Juri hanya membacakan kata itu satu kali saja.

Leonard maju. Ia mengambil empat kata sesuai peraturan, kemudian si native speaker membacakan katanya. Ya Allah, Leonard benar-benar brilian. Dari empat kata yang dibacakan, dia mengeja semuanya dengan benar. Nah, sudah jelas. Peluang dia jadi juara satu besar sekali.

Lalu giliran Hafidh. Wajahnya agak tegang, kalau menurutku. Dari empat kata, dia bisa mengeja dua. Yang lainnya incorrect. Duh, aku makin takut.

Tiba giliranku.

"Sukses," bisik Hafidh sebelum aku maju. Ia mengetos tanganku pelan. Aku cuma bisa membalasnya sambil tersenyum tipis. Aku maju ke depan juri, mengambil gulungan kertasnya, dan menunggu dengan tegang. Kata apa saja yang bakal dibacakan? Dan... well, oh my God. Aku cuma bisa mengeja satu dari empat kata. Antique. Itu saja aku sempat berpikir agak lama sebelum memutuskan kata apa yang dimaksud. Dan alhamdulillah, betul. Aku sudah sangat bersyukur. Yang aku takuti adalah kalau misalnya Vivian mengeja lebih dari satu kata. Atau Teddy. Pupus sudah harapanku mendapatkan gelar juara.

Yang bikin aku agak sedikit terhibur (dan agak kaget juga, sih), Vivian dan Teddy ternyata juga hanya bisa mengeja satu kata. Jadi fix, juara satu dan dua masing-masing dipegang Leonard dan Hafidh. Ah, he beats me! Hahaha.

Jadi? Ya, diadakan tanding ulang. Hafidh dan Leonard saling berjabat tangan, kemudian keluar ruangan, meninggalkan kami di dalam.

Aku maju lagi, mengambil gulungan kertas itu lagi.

Oke, well, kata-katanya lumayan. Lumayan gampang atau susah? Yah, gitu deh. Dan alhamdulillah, aku kali ini bisa mengeja dua kata! Aku duduk kembali sambil tersenyum lebar. Di luar, Hafidh mengacungkan jempolnya ke arahku. Aku membalas mengacungkan jempol sambil tersenyum.

Giliran Vivian. Aku kembali tegang. Semoga dia tidak mengalahkanku. Semoga...

Dan ya, lagi-lagi kejutan! Vivian hanya bisa mengeja satu kata. Aku membelalakkan mataku sambil bertanya dalam hati, "Is this real?"

...yes, this is perfectly real.

Sementara Teddy berbagi poin yang sama dengan Vivian, dia hanya bisa mengeja satu kata juga. Maka gelar juara tiga resmi diberikan kepada... aku.

I can't describe how happy I was at that time. Finally, my very first winner title at Junior High.

Semua yang ada di dalam ruangan itu bertepuk tangan. Vivian bahkan menjabat tanganku. Ya Allah, aku makin respek sama Vivian. Keren deh. Kemudian aku berjabat tangan dengan para juri dan keluar ruangan. Aku langsung lari ke arah Hafidh dan tos. Ada Mr Muji juga di situ.

"Congratulations, Mitha!" kata beliau. Aku tersenyum sambil menjawab, "Thank you, Sir!" dengan napas agak terengah saking senangnya. Aku dan Hafidh langsung menelepon orangtua kami masing-masing, mengabarkan kalau kami menang. Mamaku terdengar senang banget. Duh, akhirnya bisa memberikan sesuatu ke orangtua dan sekolah... :')

Alhamdulillah :')
Terakhir, ada sesi penyerahan hadiah. Kami dapat piala dan souvenir dari EF. Daaaaan... DUIT! HAHAHAHA. Seperti kata Hafidh, "Kita nggak bayar buat lomba tapi dapet ratusan ribu." *evil laugh*

Oiya, kompetisi ini tingkatnya regional. Juara satu sampai tiga dari masing-masing grup bakal dikirim untuk mewakili Semarang di lomba Spelling Bee tingkat nasional bulan depan, di Jakarta. Jadi, perjuanganku dan Hafidh belum berakhir. Masih ada kompetisi tingkat nasional yang membayang.

My trophy!
Setelah itu? Tentu saja, pulang. Dan suasana hatiku? Mirip lirik lagu Enchanted, "I'm wonderstruck, blushing all the way home."

Alhamdulillah, thanks God. I've tried so hard all this time and now... see, third place! Once again, thanks God, I'm grateful O:)

Kalau ada waktu dan kesempatan, aku bakal lanjutin post ini dengan ceritaku mengikuti lomba Spelling Bee di Jakarta. Bye!

1 komentar: