Jumat, 01 Maret 2013

Belajar menyayangi.

Hari ini, aku belajar banyak.

Tentang bagaimana mengikhlaskan kepergian seseorang, tentang bagaimana caranya menguatkan diri saat ditimpa musibah, dan yang paling penting, bagaimana caranya menyayangi sesama. Khususnya keluarga kita, saudara kita. Kakak dan adik kita. :')

Kemarin petang, salah satu temanku baru saja kehilangan adik kecil satu-satunya, yang meninggal karena sakit. Aku sendiri sangat terkejut dan tidak bisa membayangkan seperti apa rasanya kehilangan adik. Apalagi, adik satu-satunya. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan. Dan tadi pagi, kami seangkatan melayat ke rumahnya, yang notabene lumayan dekat dari sekolah. Lumayan sih, memotong jam pelajaran. Tapi sudahlah, tidak usah membahas tentang jam pelajaran yang terpotong, karena memang di saat seperti itu, siapa yang peduli? Kami semua merasakan hal yang sama: sedih, miris. Udah, gitu aja. Ditambah lagi melihat temanku itu menangis sampai wajahnya basah oleh air mata... well, rasanya jahat banget kalau enggak berusaha menghiburnya, jadilah kami anak perempuan berusaha memeluk dan membuatnya tersenyum lagi.

Aku jadi belajar untuk lebih menyayangi adikku. Yah, walaupun pasti bakalan canggung. Aku bukan tipe orang yang "hangat", cenderung dingin, malah.

Aha. Anyway. Aku punya dua adik perempuan, yang bisa dibilang sudah besar, baik dari segi umur maupun fisik. Adikku yang pertama 12 tahun, sedangkan yang kedua 8 tahun. Dan kalau boleh aku bilang, mereka ini agak... galak. Serius. Sebagaimana yang kalian ketahui, biasanya para adik-lah yang di-bully oleh kakaknya. Nah, ini malah terbalik. Aku yang di... oke, mungkin "bully" bukan kata yang tepat. Apa ya? Adik-adikku ini sering sekali membantah dan marah-marah sama kakaknya... aku. Oke, mungkin memang akunya yang "rapuh", jadi mereka merasa tidak ada gunanya respek sama kakak sendiri, toh kakakku lembek. Padahal harusnya kakak itu jadi role model, ya. Lha ini, malah... ah, ahaha.

HAHAHAHA. Bentar, mau ngetawain diri sendiri dulu.

Tapi, walaupun adikku seperti itu, adakalanya aku merasa sangat, sangat bersyukur diberi amanat sama Allah (oke, apa pula bahasaku ini) untuk menjaga dua anak ingusan itu. Contohnya, ketika sepupuku sedang berkunjung ke rumah. Sepupuku ini tiga bersaudara. Si sulung perempuan, kelas 8, sedangkan kedua adiknya laki-laki, kelas 5 dan kelas 3. Kedua adiknya ini bisa dikatakan cukup "liar". Liar di sini maksudnya, mereka kalau berantem selalu pakai fisik. Okelah, namanya juga anak cowok. Berantemnya pakai mukul, nampar, bahkan mencakar (benar-benar mencakar sampai berdarah. Aku sampai curiga mereka ada darah "harimau"... /slap).

Dan si kakak juga "lembek", lebih dari aku, malah. Baru ditampar sama adiknya saja sudah menangis sampai hampir meraung-raung. Oke, kalau itu terjadi padaku, mungkin aku bakal menangis, ya. Tapi kan nggak usah menangis sampai berlebihan juga kali. Aku bersyukur, aku dan adik-adikku perempuan. Kami jarang banget berantem fisik. Salah satu pertengkaran fisik paling parah, seingatku, waktu aku (sengaja) mencekik adikku waktu kecil. Astaghfirullah, aku khilaf, benar-benar khilaf :(

Si kakak, menurutku, juga rada childish. More childish than my 7th grade little sister. Susah dijelaskan, tapi ketika kami berkumpul bersama, selalu ada momen ketika adikku kelihatan lebih "dewasa" dan lebih alim daripada sepupuku itu. Misalnya, ketika kami berenam (aku, adik-adikku, dan 3 sepupuku) pergi hang out ke mall bersama tanteku, ibu dari ketiga sepupuku itu. Di sana, sepupuku merengek (hmm, mungkin bukan merengek juga, tapi itu kesan yang aku dapat sih) untuk beli baterai untuk ponselnya, soalnya baterai lamanya menggembung. Padahal, baru beberapa bulan yang lalu dia beli baterai tersebut. Entah dia sendiri yang beli atau dibelikan ibunya, aku tidak tahu. Aku tidak tega melihat tanteku, yang wajahnya sudah suntuk dan lelah. Tapi, dengan sabar beliau menemani anaknya ke toko aksesoris ponsel, dan menunggu sampai anaknya mendapat baterai baru. Sementara itu, aku dan adik-adikku menjelma menjadi anak manis, duduk di sofa empuk yang ada di toko itu dan diam. Sambil sesekali mengobrol ngalor-ngidul, sih.

Oke, cukup ngomongin sepupuku. Yang jelas, hari ini, aku baru sadar bahwa aku dikaruniai dua adik yang sifatnya bertolak belakang denganku, supaya aku bisa belajar menghargai perbedaan, belajar sabar dan menahan amarah, serta belajar menyayangi mereka apa adanya. Aku juga percaya kedua adikku hebat, sama halnya seperti kakaknya (HAHAHA), hanya saja dalam bidang yang berbeda. Aku sendiri nggak masalah kalau mereka nggak pintar di bidang akademik. Yah, walaupun dalam hati aku agak takut kalau suatu saat nanti mereka bakal melebihi aku, tapi... aku akan berusaha percaya bahwa Allah menciptakan kita semua berbeda. Dan aku akan berusaha ikhlas kalau suatu saat nanti mereka lebih sukses dan lebih berhasil daripada aku, karena walau bagaimanapun, kebahagiaan mereka, kebahagiaanku dan keluargaku juga :) Aku juga akan berusaha menjadi role model yang baik, sebaik-baiknya buat mereka!

Dan aku harus mengakui bahwa kedua adikku terkena sindrom anak alay... eh, kakaknya juga sih. #oke

Duh, kayaknya kali ini postingannya agak serius dan "dalam", ya? Baiklah, mungkin segitu dulu deep thoughts untuk hari ini. Good night!

Much love, 
K

Tidak ada komentar:

Posting Komentar