This isn't a blog about photography; it's a blog about little photographer's daily life.
Rabu, 18 Agustus 2010
Hetalia Fanfic : Southeast Asian Mini Story
Warning : OOC + cursing + super gaje. Masih berhubungan dengan Kill Him, or You'll Die!
Note : Masih ada kemungkinan diubah.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Kira-kira, siapa, ya, orang yang telah memantrai Arthur dan berniat membunuh Alfred? Mari kita simak percakapan (yang gaje) berikut.
??1 : "Cih! Walaupun kita telah menggunakan Arthur untuk membunuh si maniak hamburger itu, ternyata masih saja gagal! Dasar!"
??2 : "Kekuatan cinta kan bisa mengalahkan segalanya, termasuk sihir paling hitam sekalipun!"
??3 : "Udah aku bilang, kan? Jangan pakai Arthur! Eh, kalian--khususnya kamu--malah ngeyel! Kalau kita pakai dia, sudah jelas kalau kita bakalan gagal! Huh, dasar lemot. Nggak tahu apa, kalau mereka tuh pernah hidup bersama?"
??1 : "Heh, ini salahmu, kali. Mantrain orang kagak becus! Apaan, tuh!"
??3 : "APA??! Berani-beraninya kamu merendahkan mantra yang kupelajari dari mantan pacarku!! Kukutuk kamu jadi cewek, biar tahu rasa!"
??1 : "Ih, apaan! Ogah! Memangnya aku Feliks? Yang hobinya pake baju cewek?!"
??4 : "Udah, jangan berantem terus... diam!"
??1 & 3 : "YANG HARUSNYA DIAM ITU KAMU!!!!!"
??1 : "BODOH AH!"
??3 : "GAK KREATIF LO! BISANYA CUMA NIRU-NIRU SAMA MALINGIN ORANG AJA!!"
??1 : "APA LO BILANG, HAH???!!"
??3 : "BEGO!! GUE UDAH TERIAK KENCENG-KENCENG GINI LO GAK DENGER??"
??1 : "ELO NGAJAK RIBUT, NIH, CERITANYA!!"
??1 & ??3 lalu adu mulut. Dari kata-kata yang 'biasa' sampai yang 'luar biasa' alias 'ajaib'. Dan akhirnya mereka berhenti setelah ??5 a.k.a adik dari keduanya berteriak dengan sangat keras:
??5 : "BERHENTI! DIAM KALIAN SEMUA!!! DASAR *pip* *pip* dan *piiiiiip* !!! KAN**T LO PADA!!!"
??1 & 3 : "Eh? Singapore?"
Singapore (??5) : "Udah dewasa tapi kelakuannya masih saja seperti anak kecil... dasar kakak-kakak yang payah!"
Malaysia (??1) : "Tapi Indonesia dulu yang mulai..."
Indonesia (??3) : "Heh, tapi ini semua asalnya dari dia! Si Malay (baca: Alay) itu mengklaim budaya-budayaku sebagai miliknya, lalu menangkapi para DKP dari negaraku, lalu..."
Singapore : "Udah, diam..." *deathglare*
Malaysia + Indonesia : *tunduk manut karena takut*
Dan akhirnya Malaysia dan Indonesia diceramahi Singapore selama 2 hari 2 malam... *sweatdrop*
Thailand (??4) : "Wah, Singapore hebat, ana~"
Vietnam (??2) : "Yah, aku pun setuju denganmu, honey..."
Waaa, ternyata semua ini berasal dari Nesia-chan dkk! Yah, mungkin sudah kodratnya kalau Nesia-chan & Malay bakalan terus berantem seumur hidupnya! Hmm, ngomong-ngomong kenapa Singapore bisa segalak itu, ya? Ingat Singapore adalah saudara England. Makanya 'galak'-nya ketularan. Dan oh ya, namanya kan SINGApore *kicked*
Dan kenapa Nesia-chan bilang kalau dia mempelajari mantra itu dari mantan pacarnya? Hmm, tau kan kalo Indonesia dulu sempat dijajah sama Inggris? Makanya Inggris disebut-sebut sebagai mantan pacar Nesia-chan!! Whahaha!!
(Fanfic yang super gaje, aneh, dan sangaaaattt nggak nyambung...)
Senin, 16 Agustus 2010
Lirik Maru Kaite Chikyuu UK version
Na na DADDY, RAM-shu wo choudai
Na Na MUMMY, Na na MUMMY
Mukashi ni tabeta PUDDINGU no
Ano aji ga wasurerarenainda
Marukaite chikyuu
Marukaite chikyuu
Marukaite chikyuu
Ore IGIRISU
Marukaite chikyuu
Jitto mite chikyuu
Hyotto shite chikyuu
Ore IGIRISU
Aa hitofude de
Mieru subarashii sekai
TUBE ha noru enpistu da
IGIRISU!
("Minna ore ga kutta meshi wo mazuitte iu kedo, are wa wazato nan dakara na!")
Marukaite chikyuu
Marukaite chikyuu
Marukaite chikyuu
Ore IGIRISU
Marukaite chikyuu
Hatto shite chikyuu
Funzori kaette chikyuu
Ore IGIRISU
Oobun chikagakeba
Kaoru shiawase no RECIPE
("Hiniku wa kakushiaji sa")
Hadasamui fuyu ni mankai da
FIREWORKS!
Hei hei BROTHER, koucha wo choudai
tsude ni SISTER, iretekurenai ka
Oi oi GRANDPA, heiwa ga ichiban
Hai hai BABY (Nanika ga memashu)
Naa naa DADDY GIN mo nomitai na
Naa naa Mummy, naa naa Mummy
Mukashi ni tabeta PUDDINGU no
Ano aji ga wasurerarenainda
TATTOO ga uzuku ZE.
Atsui roku-gen!
Marukaite chikyuu
Marukaite chikyuu
Marukaite chikyuu
Ore IGIRISU
Aa hitofude de
Mieru subarashii sekai
Otonari-san wa yuurei da
IGIRISU!
Aa sekaijuu ni
Nemuru shiawase no Recipe
Kyou no unsei mo saikou da
Makenai da!
Hetalia Fanfic : Kill Him or You'll Die!
Disclaimer : Axis Powers Hetalia © Bang Hidekaz Himaruya. Saya cuma naksir karakter-karakternya doang. :P
Warning : Dark fanfic. Don’t like don’t read. Characters human name. Sedikit bercampur dengan Harry Potter. Namun itu hanya sebatas penggunaan mantra di Harry Potter saja, kok!
Pair : USUK only! Ayoayoayo, USUK lovers! XD
Summary : Arthur dan Alfred bertarung di dalam hutan pada tengah malam. Apa yang sebenarnya terjadi? Check it out :D
Arthur tengah berdiri di depan rumahnya malam itu, menatap langit malam yang bertabur bintang. Angin malam yang dingin berkali-kali menerpanya. Berkali-kali pula ia harus merapatkan pakaiannya, menghangatkan dirinya. Mata hijaunya yang indah menatap langit malam yang luas, bertabur bintang dan diterangi cahaya bulan. Ia sedang mencari, tepatnya menunggu sesuatu.
“Ah!” desahnya pelan. Sesuatu yang bercahaya, melintas di langit. Inilah saatnya, batinnya dalam hati. Pemuda Inggris berambut berantakan itu menggenggam kedua tangannya erat. Dan, inilah saatnya. Saat dia harus memohon sesuatu… pada bintang jatuh.
“Kuharap… Al—” belum selesai Arthur berbicara, sesosok bayangan hitam menariknya. Tubuhnya terhempas dengan keras ke tanah, dan terseret jauh. Arthur terkejut luar biasa, tak menyangka dia akan mengalami ini. Apa yang barusan tadi?
“Damn it! Apa itu barusan?!” serunya marah. Dia hendak berdiri, tapi sosok hitam tadi menerjangnya dan membuatnya terhempas ke tanah kembali.
“BA******!!! Apa-apaan ini!!” teriaknya. Sosok hitam itu mengeluarkan secarik kain dan membekap mulut Arthur dengan kain yang ternyata sudah diberi kloroform. Dan sebagai akibatnya, tentu saja dia tak sadarkan diri. Sosok hitam itu lalu membawa Arthur yang sudah tak sadarkan diri itu pergi ke dalam hutan.
***
Arthur membuka matanya yang terasa berat. Bau menyengat tadi masih memenuhi hidungnya. Kepalanya pusing. Pasti karena terhempas ke tanah dengan ke—tunggu! Kejadian tadi… mimpikah?
Arthur berada dalam kegelapan. Sial, apa-apaan ini? Rupanya, ini bukan mimpi! Tubuhnya sudah sakit karena terhempas dengan keras tadi. Ditambah beberapa anggota badannya yang lecet tergesek tanah yang kasar. Badannya terasa tergencet. Apa-apaan ini?
Ternyata Arthur diikat dengan posisi berdiri di sebuah tiang besi karatan. Penculiknya—sosok hitam tadi—tak menampakkan wajahnya dari tadi.
“Hei, kau! Apa maksudmu membawa aku ke sini, hah?!” teriak Arthur marah. Seketika itu juga, sosok hitam tadi mengacungkan sebuah tongkat, dan berseru, “Imperio!” dan membuat pandangan Arthur kosong.
Bunuh dia, atau kau yang mati.
Suara itu terus bergaung di kepala Arthur hingga ia pergi. Dan anehnya, perintah itu begitu memengaruhinya sampai dia tak bisa melawan; dia harus melakukannya.
***
Alfred mengusap peluhnya; pekerjaannya sudah hampir selesai.
Pemilik Nantucket itu berdiri di tengah ruang kerjanya yang berantakan. Buku-buku dan beraneka macam kertas bertebaran di ruang kerjanya. Itu belum termasuk bungkus makanan dan minuman yang dibuang Alfred sembarangan di ruang kerjanya. Belum lagi beberapa pakaiannya. Sudah dari petang tadi dia berkutat di situ, membersihkan ruang kerjanya—dan diselingi dengan makan hamburger dan minum soda, tentunya.
“Hmmm, dasar Alfred, ternyata kau sangat berantakan…” keluhnya, lalu tertawa kecil. Tiba-tiba, lampu ruang kerjanya berkedap-kedip. Dan PET! Lampunya pun padam. Gelap gulita sekarang. Alfred yang baru sadar langsung kaget dan menepuk dahinya keras-keras.
“Tololnya aku! Kenapa aku bisa lupa mengganti lampu, hah? Ah, sepertinya, pekerjaanku ini belum bisa kuselesaikan hari ini…” katanya kesal. Dengan emosi dia menumpuk buku- buku dan kertas dan menyapu kamar kerjanya asal-asalan.
BRAK!!! Alfred menoleh dengan muka shock. Sapunya yang sedari tadi dipegangnya, terlempar saking kagetnya. Alfred menatap dengan mata membelalak ke arah suara. Yang dikiranya suara tumpukan buku jatuh.
Ternyata bukan tumpukan buku yang jatuh.
Melainkan Arthur.
Ya, Arthur. Mengenakan jubah berwarna hitam yang berkibar di belakangnya, diterpa angin malam. Dan membawa pedang panjang di tangannya. Mata hijaunya kosong dan menatap Alfred dengan tampang dingin. Dan… detik berikutnya, ia sudah mengacungkan pedang panjangnya itu, masih dengan mata dan tatapan yang kosong… tepat di depan Alfred.
“Ar… thur?” bisik Alfred tak percaya, berusaha memanggil ‘kakak’-nya.
“Alfred F. Jones, bersiaplah…” desis Arthur, nyaris tanpa emosi, suaranya dingin.
“Arthur, kau… kau kenapa?” tanya Alfred cemas.
“Bersiaplah UNTUK MATI!” dan dengan sekali ayun, pedang Arthur menebas buku-buku yang bertumpukan di tempat yang tadinya Alfred berada. Untunglah, Alfred masih sempat menghindar sebelum pedang mematikan itu menebas lehernya.
“Akh! Arthur, Arthur, Arthur, kau mendengarku? Apa yang kau lakukan ini, Arthur? Kau sudah gila?!” tanya Alfred bertubi-tubi, panik.
Arthur tidak menjawab. Tangannya masih saja mengayunkan pedang dengan brutal. Dan Alfred baru menyadari, ini sudah serius. Ini tidak main-main. Dia harus menghadapi Arthur. Bukannya malah menghindar dari serangannya terus-terusan.
Alfred mengambil senapan di mejanya dan berlari keluar ruang kerjanya. Ia harus lari. Berlari, membawa Arthur ke tempat yang jauh. Arthur yang melihat Alfred kabur langsung mengejarnya. Dan mereka berdua berlarian, saling mengejar… di bawah langit malam yang pekat.
Ayo, Al. Bawa Arthur pergi jauh. Ke dalam hutan!
Alfred sengaja tak berlari kencang; dengan harapan Arthur tak kehilangan jejaknya. Tapi, begitu mendengar langkah Arthur semakin keras, dia mempercepat larinya, masuk ke dalam hutan yang gelap.
SREEEEET!
Sebilah pisau belati menembus lengan baju Alfred, dan menancap di batang pohon. Alfred terkejut. Dia tak bisa bergerak sekarang; kedua tangannya—tepatnya lengan bajunya—menancap di pohon beserta belatinya. Senapannya terjatuh di dekatnya. Alfred mencoba melepaskannya, tapi sia-sia: pisau itu sangat kuat. Alfred mengerang, mencoba menarik tangannya.
“Wah, wah, wah. Alfred F. Jones, kau cukup berani menghadapi kematian, rupanya,” tawa Arthur dingin sambil mendatanginya perlahan.
“Kau tahu, kenapa aku melakukan ini semua?” tanya Arthur. Alfred bergidik, lalu menggeleng perlahan.
“Aku sudah bosan berhubungan denganmu, dan kupikir… membunuhmu merupakan suatu hiburan bagiku yang bosan bertahun-tahun selalu mengurusmu…” jawabnya dingin.
“Kau tidak serius, kan, Arthur?!” teriak Alfred khawatir.
“Aku tidak main-main, Al. Aku serius.” Arthur menjawab dalam bisikan perlahan. Alfred membelalak, lalu memejamkan matanya. Pikir, pikirkan! Batinnya. Arthur… ada apa dengannya? Alfred membuka matanya dan melihat Arthur sedang mengangkat pedangnya, yang berarti satu hal baginya: dia mati atau melepaskan diri.
Alfred berhasil menarik tangannya, tepat ketika Arthur mengayunkan pedang ke arahnya. Alfred merintih ketika merasakan pedang Arthur mengenai lengannya, walau hanya sekejap. Dia berguling dan berusaha berdiri.
Alfred gemetaran; lengan bajunya sobek. Dan sobekan lengan bajunya ada di pohon tempat dia berdiri tadi, masih menancap bersama belati perak itu. Pergelangan tangannya yang sedikit kena tebas pedang Arthur, walaupun sedikit, sakitnya luar biasa. Darah merembes dari lengan bajunya. Alfred memegang lengannya yang berdarah, menatap Arthur dengan pandangan nanar. Mata hijau Arthur yang kini terlihat kosong balas menatapnya, wajahnya yang diterangi cahaya bulan tanpa ekspresi.
“Arthur Kirkland…” desis Alfred pelan.
“Jangan berani-beraninya kau memanggilku seperti itu,” sahut Arthur pelan. “Sekarang, berdirilah dan hadapi aku sebagai laki-laki sejati.”
“A-apa yang kau katakan? Ar-Arthur—“ kata Alfred tertahan. Lagi-lagi Arthur mengayunkan pedangnya. Tanpa main-main, Alfred mengacungkan senapannya tepat mengarah ke wajah Arthur. Alfred mengayunkan senapannya, berusaha menyingkirkan pedang Arthur. Tak disangka, Arthur hilang keseimbangan dan jatuh ke depan. Alfred terjengkang, tak mau kejatuhan Arthur. Mereka berdua terjatuh, dan hampir saling menindih. Senapan Alfred masih mengacung ke wajah Arthur yang berkilau kena keringat.
“Alfred F. Jones, aku tidak main-main. Aku akan membunuhmu malam ini, di sini, sekarang juga!” Arthur berguling, lalu meraih pedangnya dan berdiri. Matanya yang kosong menatap Alfred tajam. Alfred berusaha berdiri. Sedikit terhuyung karena pusing, ia mengangkat senapannya dan berusaha sekuat tenaga untuk menembak mati Arthur; kalau ia bisa melakukannya.
Jari-jarinya gemetaran ketika ia berusaha menarik pelatuk senapannya.
Lakukan, lakukan, ayo, lakukan! Bunuh dia… atau, kau yang mati…
Tek, tek, tek. Alfred menelan ludah gugup. Apa-apaan ini? Ada apa dengan senapannya? Berkali-kali ia menekan pelatuknya, tapi tak ada peluru yang keluar. Mungkin karena ia gugup. Mungkin. Alfred menarik napas panjang perlahan, berusaha untuk rileks. Tiba-tiba saja, dia ingat.
SIAAAAAALLLL, gue lupa ngisi ulang peluru senapan gue!!!!
Alfred mengutuk dirinya dalam hati sambil meremas-remas tangannya jengkel. Sialaaaannn, ternyata senapannya tidak banyak membantu di saat-saat seperti ini!
Di hadapannya, Arthur menatapnya kosong, ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa dialah yang menang, dialah yang membunuh Alfred di sini, sekarang juga. Senyum sinis melebar di wajah Arthur, ketika ia maju dan lagi-lagi mengayunkan pedangnya. Alfred maju dengan gagah, ia menangkis serangan Arthur dengan senapannya. Heh, ternyata senapan juga cukup berguna walaupun tak berisi timah panas itu.
“Ar… thur…” panggil Alfred pelan, ketika tengah menangkis serangan Arthur—yang bertubi-tubi dilakukannya.
“Rupanya kau memilih mati ketika bertarung, bukannya mati tanpa perlawanan. Perbuatan mulia, itu. Sangat kepahlawanan,” sindir Arthur sebelum tertawa sinis. Alfred membelalak. Bukan, ini bukan Arthur yang asli. Dia… Arthur… entah kenapa… dan tiba-tiba saja dia paham. Ya, dia kan HERO! Pahlawan berani membela kebenaran sampai mati, bukan? Dan inilah… inilah kebenaran itu. Hadapi kematianmu dengan gagah berani!
Alfred mengambil langkah mantap; ia mengayunkan senapannya sekuat tenaga ke arah Arthur. Dan ternyata, itu berhasil. Senapannya berhasil menyingkirkan pedang Arthur, membuat pemuda beralis tebal itu tak punya senjata untuk melawannya.
“Arthur, tolong dengarkan aku!” pinta Alfred, suaranya bergema di sekeliling hutan. Awan-awan menutupi bulan, membuat tempat itu mendadak menjadi gelap. Arthur terdiam. Mungkin karena takut tak punya senjata.
“Arthur… kupikir… kau… selama ini… ternyata… kau…” napas Alfred putus-putus saking cemasnya. Pikirannya kacau; dirinya masih mencoba mencerna perbuatan Arthur sekarang ini. Di depannya, Arthur terpaku, tak berani menyerang. Rupanya ia terkejut karena Alfred mendadak khawatir seperti itu.
“Kalau kau… mau tahu… aku… aku… a-aku sangat sayang padamu, Arthur… dan mana mungkin, kakak… kakak yang sangat penyayang sepertimu, Arthur… tega… tega membunuhku? Kakak… kakak macam apa ini kau, Arthur?!” teriak Alfred frustasi, matanya memanas. Dan sedetik kemudian, air mata mengalir di wajah Alfred, membuat wajah Arthur mendadak sekeras batu.
“Tak kusangka… Arthur… ternyata, kau, kau… selama ini… ternyata kau…” Alfred terisak, dirinya jatuh dan menangis.
“Ke—kenapa, Arthur… kenapa? Kenapa kau… tega…” bisik Alfred, masih terisak, air matanya mengalir deras. Arthur tiba-tiba merosot jatuh, tangannya mencengkeram rambutnya erat-erat.
Bunuh Alfred. Bunuh dia! suara itu meraung-raung di dalam kepala Arthur.
Tidak, aku tidak akan… dan tidak mau membunuhnya! hati kecil Arthur melawan suara aneh di dalam kepalanya.
Bunuh dia! Atau, kau yang mati! suara itu makin mendesak Arthur.
TIDAK MAU! Lebih baik, aku yang mati daripada menyaksikan adik angkatku terbunuh olehku! Arthur berusaha keras melawan suara yang makin lama makin bergaung keras di kepalanya.
Bunuh dia… bunuh… bunuh!
“TIDAK MAU, DEMI TUHAN!” teriak Arthur tiba-tiba. Alfred terkejut; dia menghampiri Arthur dan mengguncang-guncangnya perlahan.
“Arthur! Arthur! Ada apa?”
“AKU BERSUMPAH TIDAK AKAN MEMBUNUH ALFRED, YOU’RE JERK!!” teriak Arthur lagi, membuat Alfred kian shock.
Arthur… dia… dimantrai?
Mendadak, Alfred paham. Arthur… dia… dia dimantrai oleh seseorang! Dan seseorang itu… berambisi ingin membunuhnya!! Arthur… dia kakak yang hebat. Bisa melawan semua mantra hitam itu!
“Arthur… sadar, Arthur!” kata Alfred cemas. Lalu tanpa pikir panjang, dirinya memeluk Arthur dan menangis.
“Al… fred…?” panggil Arthur lemah. Alfred membuka matanya dan menatap wajah lelah Arthur.
“Ya, Arthur?” kata Alfred lega. Dia menghapus air matanya dan melepaskan pelukannya. Mereka berdua terduduk lemas di tanah.
“Ah… hahaha… kupikir, Arthur… kau… kau… kau benar-benar berniat…” tawa Alfred, yang tiba-tiba menangis lagi.
“Al… maafkan aku… aku… sudah membuatmu panik, yah? Maafkan aku… itu… bukan kemauanku, sama sekali bukan… ada seseorang… yang menculikku dan… memantraiku supaya membunuhmu…” jelas Arthur lambat-lambat sambil menunduk. Dari suaranya, Alfred menebak Arthur pastilah menangis juga.
“Arthur… kau kakak yang hebat.”
Arthur tersentak. Baru sekali ini Alfred berkata seperti itu padanya.
“Bukan, Al… aku bukan kakak yang hebat.” Arthur membantah, menggelengkan kepalanya sambil memeluk Alfred sekali lagi. Membuat Alfred terkejut.
“Aku serius, Ar… kau hebat. Bisa melawan semua mantra itu… dan…” Alfred tak kuasa melanjutkan kalimatnya; ia semakin terisak.
“…”
Terima kasih, Alfred…
Mereka berdua pun menangis dan berpelukan di dalam hutan yang perlahan mulai diterangi cahaya bulan. Sebagai saudara, tentu saja. Mana ada orang yang tega membunuh saudaranya sendiri? Kalau ia sudah sinting, mungkin saja. Tapi itu tak akan terjadi pada orang yang waras.
Tahukah kalian, apa permintaan Arthur saat melihat bintang jatuh tadi?
Kuharap, Alfred dan aku akan terus hidup bahagia bersama sebagai saudara…
-THE END-
A/N : Yuhuuu, akhirnya, fanfic singkat ini bisa saya tamatkan!! *jejingkrakan* Kekurangannya, mungkin banyak. Kurang menyentuh, dan banyak pengulangan kata? Yah, saya kan baru belajar. Huahaha! *ngeles*
-OMAKE- (wajib dibaca untuk mencairkan suasana tegang) - warning: super gaje!
Mereka berdua pun menangis dan berpelukan di dalam hutan yang perlahan mulai diterangi cahaya bulan.
Ternyata adegan itu terekam dalam handycam milik si mesum Francis dan kamera milik si penyuplai-foto-semacam-ini, alias Kiku.
Francis : “Hahaha, abang penasaran apa reaksi mereka berdua kalau tahu kita mengintip adegan romantisnya ini~~~ wuhuuuww!”
Kiku : “Entah kata-kata apalagi yang akan keluar dari mulut Aasa-san kalau tahu kita mengintip ini…”
Esok paginya. Alfred tengah membuka blog Kiku. Dan… jreeeeng! Dia nyaris jantungan membaca headline blog Kiku!
HEADLINE TER-‘HOT’ BULAN INI: ARTHUR-ALFRED BERPELUKAN, UHUY! (by Francis Bonnefoy)
“Semalam, Arthur dan Alfred berpelukan di dalam hutan, diterangi cahaya bulan, sangat romantis, uhuy! Abang Francis punya videonya, loh, dan Kiku alias pemilik blog ini punya fotonya! Silakan lihat di galeri foto!”
Alfred cengo berat waktu liat galeri Kiku yang isinya penuh foto-foto dan video tentang kejadian semalam—sewaktu dia memeluk Arthur! Oh siallll, ingin rasanya Alfred membantai Francis!!
Di tempat lain pada waktu yang sama, Arthur juga tengah membuka blog Kiku atas saran Yao (yang dikasih tau Francis sendiri). Coba tebak reaksinya?
“AN****!! BA****AN! BA*****!! SINTING LO SEMUA!!!!!!! @#$%&*!!!!”
(Omake yang sangat gaje dan garing... *pundung*)
Hetalia Flele
Sebenarnya saya juga baru tahu tentang flele bulan ini, tapi… biarlah. Minna-san, mungkin kalian semua mikir, “Apaan sih flele? Lele? Aduuuh mak, jangan bikin laper napa? Ini kan lagi bulan puasa!” Oke, ngelantur. Balik ke pembahasan.
Flele adalah program mp3 player. Yaaa, kayak jetAudio gitu. Hanya saja, flele ini unik, bentuknya animasi dan bisa ‘bernyanyi’ serta membuat ekspresi lucu. Nah, sekarang, mari kita mencoba men-download dan meng-install flele ini!
Untuk mendapatkan flele Hetalia, kalian mesti mendownload flele Miku Hatsune terlebih dulu. Flele ini bisa didownload di sini. Lalu file dalam bentuk ZIP ini harus di-unzip. Caranya, klik kanan pada file flele Miku yang baru saja kalian download, pilih ‘extract folder’. Lalu pada kotak dialog yang muncul, klik OK. Setelah proses meng-‘extract’ selesai, buka folder yang baru saja di-extract tadi. Namanya ssp_flele_miku. Setelah dibuka, kalian akan melihat lonceng dengan pita pink bernama SSP.exe. Buka file itu, dan lihat di taskbar sebelah kanan. Kalian akan melihat gambar seperti kancing baju. Klik gambar kancing itu 2x dengan cepat, dan Miku akan muncul.
Nah, sekarang, kita akan merubah Miku menjadi karakter Hetalia. Kalian mesti mendownload flele shell Hetalia untuk bisa mengubah tampilannya. Kalau boleh saya menyarankan, download di sini. Flelenya unik dan lucu! Walaupun bikinan fans! Caranya download gini: Klik gambar flele yang ingin kamu download, lalu kalian akan melihat tombol untuk mendownloadnya. Klik tombol itu.
Oke, sekarang, mari kita meng-install flele shell yang baru saja kita download! Caranya, kalian seret flele shell Hetalia (berbentuk ZIP) yang baru saja kalian download ke arah Miku sampai kursornya berubah menjadi seperti tanda plus (+), lalu lepaskan. Player-nya akan menginstall shell itu secara otomatis. Mudah, kan? Selamat mencoba! ^^ v
-OMAKE-
Caranya ngganti shell-nya gimana?
Klik kanan pada flele, lalu pilih ‘Shell’ dan klik flele yang kamu inginkan.
Bagaimana caranya agar flele kita bisa bernyanyi?
Seret file mp3 ke arah flele kita. Tunggu maksimal 10 detik, baru dia bisa bernyanyi.
Saya sudah menyeretnya dan menunggu 10 detik, tapi kok nggak mau nyanyi, ya?
Bukannya nggak mau. Kamu klik start terus control panel pilih language option/regional and language option lalu add other language terus pilih tabel language centang tulisan yang EAST ASIAN. Tapi sebelum itu masukkan CD Windows terlebih dahulu.
Hetalia Flele punya saya (saya punya 5, yaitu England, America, China, N. Italy, sama Poland, tapi saya tampilinnya 2 aja, yah! :D) :
Learn Japanase #1: Hiragana
Sebelum belajar bahasa Jepang, tentunya kita harus tahu bagaimana huruf-huruf Jepang itu. Nah, huruf Jepang terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Huruf Hiragana
2. Huruf Katakana
3. Huruf Kanji
Sekarang, mari kita bahas dulu huruf Hiragana, yuks!
-1. Hiragana-
Huruf Hiragana artinya tangan lancar, biasanya dipakai untuk menuliskan kata-kata dalam bahasa Jepang asli. Biasanya ditulis dengan posisi dari atas ke bawah, namun sekarang lebih sering dipakai dengan posisi dari kiri ke kanan, seperti huruf latin. Daftar huruf hiragana ada di gambar di bawah ini (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Hiragana):
Semoga bisa menambah pengetahuan, yah, minna-san! Mata ne! ^^
NB : Huruf yang diberi warna merah, artinya sudah tidak digunakan lagi!
Kamis, 12 Agustus 2010
Hetalia Fanfic : Rahasia Masakan England ch 1
Warning : (mungkin, dan terutama England) OOC, gaje, sinting, don’t like don’t read, (mungkin) banyak cursing-nya…
Note : Ini fanfic pertama saya. Jadi mohon maklum kalo masih rada gaje. Saya nggak terima flame, kalau sampai berani ngirimin flame saya sumpahin Russia dan Belarus bakal ngebunuh si flamer!
-Chapter 1-
England yang sering dicela oleh banyak negara karena masakannya yang aneh, bertekad memasak sesuatu yang benar-benar beda dari masakannya yang sudah-sudah. Sampai-sampai dia bertapa ke negeri antah-berantah bersama para makhluk gaibnya dan meninggalkan Sealand sendirian di rumah. Sealand yang kegirangan karena ditinggal sendirian mengacaukan seisi rumah dan melakukan hal-hal yang dilarang oleh kakaknya, seperti mencuri seluruh pakaian dalam kakaknya (?). Dan ketika England pulang dan mendapati keadaan rumahnya yang ancur-ancuran, mendadak dia terkena serangan jantung dan harus di-opname selama sebulan di RSJ (?). Oke, ngelantur. Jelas-jelas itu nggak terjadi dan nggak mungkin terjadi. Balik ke cerita.
Suatu hari England berada di kamarnya, pusing karena masakannya masih saja tidak enak. Padahal, ia sudah melakukan banyak hal, dari bertapa ke negeri antah-berantah sampai konsultasi dengan dukun (ada ya dukun di sana?). Dia juga melakukan hal-hal yang disarankan si dukun, mulai dari mandi dengan katak-katak (terlalu menjijikkan), belajar ‘ilmu mesum’ pada France, sampai nggak minum teh selama seminggu-dua minggu (dan itu bikin dia nelangsa), sudah dia lakukan. Tapi… tetap saja, masakannya masih terasa seperti arang! Ada apa, sih, dengannya? Apa karena ia menyandang status sebagai gentleman? Apa itu karena kutukan alis tebalnya? *Author ditabok England*
Stres, akhirnya England menyibukkan diri dengan membuat ramuan di laboratorium sihirnya (formal banget istilahnya!). Yah, kemampuan England dalam membuat ramuan jauh lebih baik dibandingkan kemampuan memasaknya yang ancur-ancuran. Karena stres, England tak konsentrasi dalam membuat ramuan sehingga sembrono. Kualinya dia aduk dengan kecepatan tinggi. Sampai muncrat-muncrat dan mengenai Author. Tiba-tiba, Sealand—adiknya yang bandelnya bukan main—masuk ke ruangan itu dan mengagetkan England yang sedang menuang ramuannya ke dalam tabung reaksi. Seketika itu juga, tabung reaksinya melayang dan… tumpah mengenai scone-nya yang kebetulan diletakkan oleh England di situ.
“Aaaaarrrgggghhh! Ramuanku yang berhargaaaaa! Dammit! Peter, my jerk brother, berapa kali aku harus mengingatkanmu, jangan sekali-kali masuk ke ruangan ini!!” teriak England.
“Hahaha, jerk Arthur marah,” tawa Sealand. Kesal, England balas berkata.
“Tentu saja aku marah, git! Kau sudah membuat ramuanku… ah… tumpah kena scone-ku! Damn it… bastard… sekarang keluar atau aku akan menenggelamkanmu ke dalam kuali ini!” usir England sambil menunjuk ke dalam kualinya yang cukup untuk merendam orang dewasa.
“Tidak mau! Aku masih mau bermain-main dengan ramuan jerk Arthur!” kata Sealand ngotot. Kedua alis England yang tebal (dan dengan sukses menurun kepada Sealand), nyaris bertemu ketika dia menyipitkan mata saking kesalnya. Dia meraih kue scone-nya yang ‘tercemar’ dan memasukannya ke dalam mulut Sealand dengan paksa, tak peduli kalau scone-nya bakal meracuni dan membunuh adiknya. Sealand memberontak, tangannya mencakar-cakar udara. England membekap mulut adiknya erat-erat sampai-sampai adegan ini sudah bisa dikategorikan sebagai adegan penculikan (?).
“Mmmmmpphhh! Jerk… Ar… ur… ngan… ma… an… one… mu… ke… m… ku!!” kata Sealand gaje karena mulutnya dibekep kakaknya dengan sadis.
“Ayo telan, telan, telan…” kata England, mengeluarkan aura hitam yang mirip sekali dengan Russia, seperti saat dia memperebutkan America bersama France.
“Mmmmpppphh… uh, uh, jerk Arthur…” kata Sealand megap-megap kayak ikan yang dikeluarkan dari akuarium, sesaat setelah dia berhasil menelan ‘racun’ dari kakaknya itu.
“Hohoho, my jerk brother, gimana rasanya scone-ku?” kata England menyeringai, seringainya selebar Benua Asia.
“Jerk, kau… kau kerasukan apa, sih?” kata Sealand sambil menyeka mulutnya.
“Hah? Apa kau bilang, git?” mendadak aura hitam keluar lagi dari personifikasi England (dan United Kingdom) itu.
“Eh, eh, kakak… bukan itu maksudku…” kata Sealand gelagapan, mendadak jadi OOC. Seketika, wajah England berubah. JREEEENG! Jaraaaaaannnngggg banget yang namanya Sealand, memanggilnya dengan sebutan KAKAK! Wah, ini… ini berita besar! Untunglah, tak ada Japan di dekatnya. Kalau iya, pasti si otaku itu sudah memotret dan merekam adegan langka itu dan memasukannya ke blog (eh, ini mah Prussia, ya!). Oke, seenggaknya hanya England dan Sealand sendiri yang tahu kalau Sealand sudah memanggil England dengan sebutan kakak!
“Oh…” suara England melunak saking terkejutnya. “Lalu, apa?” tanyanya.
“Ng… jerk Arthur, sebenarnya aku malas dan nggak mau mengakui ini, tapi… umm… ng…” kata Sealand ragu-ragu. Raut wajahnya kelihatan tak percaya dengan semua yang barusan ia alami.
“Apaan, sih, git?!” desak England penasaran.
“Jerk Arthur… ngngng… mmm… kok, masakanmu… ngggg… enak banget, sih…?” JREEEENNNGG! Dan selanjutnya, silakan bayangkan England tersipu-sipu dan blushing. Atau, bayangkan England secara ajaib berubah menjadi Britannia Angel dan terbang mengelilingi dunia, saking senangnya. Oke, Author udah ngelantur. Balik ke cerita. Dan mari kita lihat (maksudnya baca) reaksi England yang sesungguhnya.
“What the… bloody hell… kau, kau, kau… kau serius, Pete?!” teriak England tak percaya sambil mencengkeram bahu adiknya yang bandel itu. Sealand terlihat blushing saking kagetnya.
“Dua rius, bahkan tiga rius, jerk. Untuk apa, sih, aku bohong padamu?” kata Sealand sambil memalingkan wajahnya, tak peduli.
“Ah…” tangan—bukan, seluruh tubuh England bergetar hebat saking shock-nya. Perlahan, ia meraih ‘scone tercemar’-nya dan memasukannya ke mulut.
“Oh, Tuhan… why the hell…” bisiknya pelan, tak percaya. Sungguh, author tidak bohong, readers! Masakan England sekarang, rasanya enak banget! Rasanya, masakannya sekarang bisa disejajarkan dengan masakan si mesum France itu! Pokoknya, rasanya maknyus banget, deh…
“Oh, ya… kau nggak bohong, kok, Pete…” kata England dengan tatapan kosong. England dan Sealand memakan scone-scone itu lagi dan lagi. Sampai licin tandas, habis tak bersisa.
“Ah, sepertinya, aku harus membuat ini lagi…” desah England perlahan sambil menuju ke dapur untuk membuat scone lagi.
~tbc (to be continued)…