Minggu, 06 Mei 2012

Behind The Report: Me and The Boys

Oke, ini bukan postingan tentang lagu SNSD The Boys itu. Bukan, saudara-saudara sekalian. Kali ini, aku mau sedikit cerita tentang proses hunting opini buat majalah sekolah. Keceee, berasa reporter asli. Hah, sadar Miiith. Kamu ini penulis kacangan. Sadaaaaar.

Lanjut. Jadi, waktu lagi pekan UTS, Ibu Kepala Redaksi majalah sekolahku (to all my friends in Al-Azhar 14 JHS. You know who is she, right?) dengan sangat tidak elit mengumpulkan anak-anak jurnalistik di depan ruang guru setelah jam pulang sekolah. Intinya, kami semua disuruh mencari opini dari teman-teman tentang jejaring sosial. Apa saja dampak positif dan negatifnya, serta bagaimana cara mengatasinya. Aduh, tugas jurnalku nambah lagi. Sudah disuruh bikin liputan di Jakarta, nulis pengalaman di Korea, dan masih ada ini. Tapi biarlah. Selama kita senang, pasti semuanya jadi mudah. Aku sih manggut-manggut aja sambil berpikir enaknya menggaet (weleh, bahasanya) siapa untuk dijadikan narasumber. Pikiran pertama yang terlintas di benakku, anak-anak ROPM. Red Orchid Photo Management. Kelompok banci kamera (profesional) yang terdiri dari aku, Ave, Alma, Hafidh, dan Oddy. Mungkin mereka bisa aku tanya-tanya tentang opini mereka. Atau... aku kepikiran Aiz dan Rizal. Yeah, secara, mereka sobat karibku, juga anak debat. Pasti persoalan begini sangat cipilihi buat mereka.

Awalnya sih aku melupakan rencana awal menanyakan opini itu dan fokus ngerjain liputan Jakarta. Tapi gara-gara stuck, aku membiarkan saja file liputan itu sampai nyaris lumutan di laptopku. Sampai pada akhirnya, waktu anak-anak LMFAO (Lulu, Mitha, Fia, Ave) makan bareng, Lulu cerita kalau dia sudah mengumpulkan tiga opini. Ketiga narasumbernya dari SMP Al-Azhar 23: Chiara, Shadia, dan Renaldy. Aku tahu Shadia dan Renaldy, aku sempat ketemu mereka waktu lomba debat Bahasa Inggris di Al-Azhar Pusat. Yap, mereka anak debat, pasti cukup kritis lah. Kemudian aku bilang kalau aku bingung mau tanya siapa. Ave langsung bertindak ofensif, “Aiz aja to Mith! Punya pacar kok nggak dimanfaatin?”

Haha, sialan. Bener sih, punya... apa tadi katanya? Pacar? Oh, nevermind. Pacar atau apapunlah itu. Kenapa nggak dimanfaatin? Haha. Oh, sekalian wawancara Rizal juga. Dan Hafidh! Oke, lengkap sudah trio cowok kece (?) calon narasumberku. Aku milih Hafidh juga berdasarkan saran Ave. Katanya, “Biar dia belajar ngasih pendapat sendiri. Selama ini kan dia selalu ngikut kita.” Hm, sip deh. Ketiganya anak debat. Cucok lah, kalau pinjem istilahnya Ave. Haha.

Dan saat itu juga, aku kirim SMS ke tiga anak itu, menanyakan pendapat mereka. Apa dampak positif dan negatif dari jejaring sosial dan bagaimana cara mengatasi dampak negatifnya?

Aku harus menunggu laaaaaamaaaaa sekali sampai SMS itu dijawab oleh mereka. Pertama Aiz yang balas. Lalu Hafidh. Terakhir, Rizal. Eh gila, kok aku hafal ya? Hahaha. Tapi worth it lah, pendapat mereka cukup oke. Di postingan sebelumnya aku udah nge-post opini mereka, kan? Oke, di akhir postingan ini aku bakal kasih opini mereka yang terbaru dan sudah aku edit dengan sangat waziz. Tunggu, sepertinya aku ketularan vocab aneh ciptaan anak kelas 7, deh. Ah sudahlah, lupakan. Oh, by the way, menurut anak kelas 7, wasis itu artinya pintar. Ngek.

Opini mereka menurutku cukup pendek, tapi berbobot lah. Nggak tahu kenapa, tapi aku suka aja melihat sesuatu dari perspektif cowok. Cara berpikir mereka simpel dan tidak begitu bertele-tele. Oh, dan masuk logika juga. Seperti kata Pak Juhan, guru Bahasa Indonesia-ku: “Cowok itu kalau mikir pake logika, makanya cepet move on. Kalau cewek itu banyak pake perasaan, makanya kalau habis putus dipikir terus.” Astagaaaaaa Pak Juuuuu. Anda memang guru paling kece sedunia ._.

Melanjutkan yang tadi, setelah mereka ngasih opini, aku dengan sangat gaya membalas begini: “Makasih ya. Kamu bakal masuk majalah sekolahku!” kalau Hafidh sih, balesnya gini: “Mith, jangan bilang ROPM mau kamu masukin ke Mozas...” Ngomong-ngomong, Mozas itu nama majalah sekolahku.

Reaksi Aiz dan Rizal hampir mirip lah. Kaget dan pasrah. Awalnya, mereka bilang gini: “Aaaaaah...” dan setelah itu mereka bilang, “Ya, nggak papa deh.”

Dan aku sempat nelpon Aiz gara-gara opininya rada nggak jelas. Karena kami nggak bisa ketemuan setiap hari (dan juga aku merasa perlu nanya langsung), aku telpon dia. Daaan aku sempat menyelipkan stupid conversation lagi.

Mitha: “Selamat, Iz. Kamu bakal masuk majalah sekolahku!”
Aiz: “Aaaaah... tapi kan nggak pada kenal aku...”
Mitha: “Ya pasti angkatanku tahu lah...”
Aiz: “Ya kan cuma angkatanmu.”
Mitha: “Kalo nggak, ntar tak tambahin fotomu biar kamu terkenal.”
Aiz: “Halah, emang kamu punya fotoku?”
Mitha: “Ya nggak sih. Lagian salah siapa, nggak suka difoto. Gampang, ntar aku ambil dari buku tahunan SD aja.”
Aiz: “Aaaaa, jangaaan! Itu tuh foto nggak jelas banget yo. Sampe kamu beneran ngambil foto yang itu, aku nggak bakal mau ke sekolahmu lagi!"

Haha, sabar ya Aiz. Nggak, aku nggak bakal masukin fotomu kok. Aku nggak mau kamu famous di sekolahku. Hehe.

Well, setelah mengumpulkan opini, tugasku selanjutnya adalah mengetik opini-opini mereka. Dan setelah diketik, ternyata cukup pendek. Dengan mudah aku mengakali hal ini. Aku kirim SMS lagi ke mereka, menanyakan bagaimana cara mengatasi dampak negatif jejaring sosial berdasarkan pengalaman mereka sendiri. Soalnya kalau aku pikir, kan nggak lucu kalau kamu ngasih saran tapi nggak menjalankannya. Iya nggak?

Aku ketuk (yap, hapeku touchscreen, saudara-saudara) tombol send. Dan... heh, queued for sending? Tidaaaaak! Duh, pasti ini queued ke Rizal, sementara SMS ke Aiz dan Hafidh sepertinya udah sampai di hape masing-masing. Soalnya pas kapan itu, waktu aku SMS Rizal, hapeku mendadak hang. Mboh deh. Aku minta tolong Aiz menanyakan Rizal apakah SMSku sampai ke dia. Ternyata belum. Aaaaaah, ya sudahlah, aku akhirnya terpaksa online di Facebook. Kata Aiz, Rizal mau balas di sana aja.

Rizal online. Aku menyapa dia lewat chat, dan akhirnya kami wawancara secara nggak langsung lewat chat Facebook. Haha. Dan ada stupid conversation lagi. Plis deh, setiap kali aku ngobrol sama cowok, pasti setidaknya ada satu awkward and stupid moment.

Mitha: “Jal, caramu mengatasi dampak negatif dari social network itu apa aja? Berdasarkan pengalamanmu sendiri...”
Rizal: “Ngurangin waktu main social network, belajar, banyak olahraga...”
Mitha: “Belajar? Ah, yang beneeeeer?”
Rizal: “Eh... hilangin yang itu deh.”

Dasaaaar. Padahal aku mau nyorakin dia, “Cieee, anak rajin!” tapi nggak jadi. Yah.

Setelah itu, aku buru-buru mengetik opini mereka dan melakukan sedikit pengeditan. Yah, masa aku harus benar-benar menulis semua yang mereka katakan? Dan ketika aku menyadari aku sudah menyelesaikan tugas jurnalku...

Rasanya. Lega. Banget.

Besoknya, Ibu Kepala Redaksi tiba-tiba masuk ke kelasku dan menagih tugasku. Alhamdulillah, untung aku sudah menyelesaikannya semalam. Nah, sekarang... tinggal tugas mengedit novel dan menulis perjalanan di Korea. Semoga lancar, amin!

Yah, itu tadi sekilas tentang behind the report-ku. Emang enak jadi anak jurnal? :p

Oiya! Ini liputanku. Selamat membaca! By the way, sebenarnya ini sama saja seperti postinganku yang sebelumnya ._.

---

“Menurutku, Jejaring Sosial Itu...”

Jejaring sosial atau social network. Akrab dengan kata ini? Yap, pasti kalian pernah, bahkan sering menggunakan social network dalam kehidupan sehari-hari. Nah, dampak positif dan negatif dari jejaring sosial itu apa ya, kira-kira? Dan bagaimana cara mengatasi dampak negatifnya? Yuk, kita tanyakan ke teman-teman kita!

Hafidh Rahman Zailani (8A)
“Positifnya, komunikasi makin luas dan cepet. Apalagi kita sebagai manusia, komunikasi harus terus. Negatifnya, pikiran gampang terpengaruh dan terfokus ke situ. Konsentrasi jadi kurang, dan sosialisasi terhadap sekitar jadi kurang bagus. Cara menghindari dampak negatifnya gampang. Pakai social network kayak gitu tetep boleh, tapi buat kepentingan tertentu aja, atau buat fun aja kalau lagi nggak ada kegiatan yang bermanfaat. Kalau aku sendiri, biasanya aku main di social network kalau lagi nggak ngapa-ngapain, atau lagi ada keperluan seperti tanya tugas. Dan biasanya, kalau aku baru sadar bahwa aku social networking kelamaan, aku langsung exit aja. Terus nyari kegiatan lain yang lebih aktif. Entah itu olahraga, hunting foto, atau main musik, ya pokoknya begitulah.”

Muhammad Rizal Nugraha (14 tahun, kelas 8, SMPN 21)
“Positifnya, bisa ngobrol sama temen-temen walaupun nggak ketemu. Jadi kita bisa tahu keadaan temen. Negatifnya... bikin ketagihan, nggak praktis, buang-buang uang buat internetnya, bikin kurang gerak karena duduk di depan komputer terus-terusan. Cara menghindarinya? Hmm, kalau dari pengalamanku, biasanya aku selalu berusaha buat mengurangi waktu main social network, soalnya aku sendiri juga sadar kalau terlalu banyak main social network itu nggak bagus. Selain itu, aku juga banyakin aktivitas yang membutuhkan gerak, seperti olahraga atau sekedar main ke luar rumah biar ganti suasana dan nggak cepat bosan. Banyak kok, kegiatan yang lebih asyik daripada cuma main social network!”

Faiz Dhia Adlian (14 tahun, kelas 8, SMPN 21)
“Positifnya sih, namanya juga social network, berarti bisa mempertemukan satu orang ke orang lain, terus bisa buat tempat curhat, sama buat stalking orang lain, hehehe. Intinya, keuntungannya tuh bisa untuk memperlancar komunikasi dan nambah temen. Kalau negatifnya, bisa bikin anak ketagihan, otomatis anak itu banyak diam di depan komputer, dan itu banyak pengaruhnya, seperti lupa shalat, merusak mata, tulang punggung bermasalah, sama lupa makan juga. Kalau cara mengatasinya... waduh, semua tergantung kesadaran anak masing-masing sih, hehe. Intinya kita harus terbuka sama orangtua, biar mereka setidaknya tahu apa yang kita lakukan, gitu. Selain itu, biar nggak kurang gerak, banyak-banyak olahraga juga. Kalau aku sih, untuk menghindari dampak negatifnya, aku pakai social network buat sekedar refreshing aja, bukan menjadi kebutuhan. Otomatis penggunaannya nggak separah yang udah maniak. Terus, buat kesehatan mata, aku bikin kontras layarnya nggak begitu terang dan menjaga jarak pandang dari layar lebih dari 30 senti. Dan juga cukup tidur. Kalau buat menghindari masalah punggung, aku sering pindah posisi. Kadang juga mijetin punggung. Rasanya jos lho, haha.”

1 komentar: